Laman

Rabu, 18 September 2013

Syukurilah Apa yang Ada



Saya dulu pernah merasa hampa dengan pernikahan ini. Sehingga saya sering tersenyum geli ketika mendengar betapa orang-orang berharap untuk segera menikah. Lucu sekali, betapa mereka berharap terikat, semantara saya sendiri berharap bisa terbang bebas, begitu dulu pola pikir saya.


Saya menikah karena orang tua ingin saya segera menikah. Kalau boleh jujur, saya belum ingin menikah kala itu. Saya terpesona ketika Bapak sumringah kala lelaki sholeh itu datang. Betapa beliau tidak akan berbahagia, saya belum pernah sekalipun berpacaran. Meski berkali-kali saya menjelaskan, bahwa saya tidak akan pernah berpacaran, tapi beliau berdua tak mengerti juga. 
Menurut orang tua, saya ini ‘mengerikan’ di mata lelaki, buktinya sampai saya 24 tahun,

Kematian Itu Membawa Hidayah



Tak sedikitpun saya menyangka, akan ada sisi positif dari kematian yang menyakitkan itu. Karena berhari-hari hingga berminggu-minggu bahkan bertahun kemudian luka itu masih menganga. Meski berduka dalam diam, tapi saya tahu, tak sepenuhnya kami bisa menerimanya. Selalu saja ada nada-nada tak puas, selalu saja.


21 tahun yang lalu, Jum’at siang menjelang waktu jum’atan.
Suasana di rumah benar-benar mencekam. Seakan-akan ada alarm, bersiap-siaplah, akan ada kematian menghampiri.
Sebenarnya hawa tak menyenangkan itu sudah terasa dari semenjak pagi, ketika kami semua yang masih duduk di bangku sekolah tiba-tiba mendengar raungan Bapak. Itulah kali pertama saya tidak menyukai kaum lelaki menangis. Usut punya usut ternyata kakak sulung kami sudah tidak bisa lagi menelan nasi, bahkan meneguk air walau cuma seteguk. Kami semua tercenung, saling berpandangan dalam diam.
“Sudah...sudah, ayo semuanya berangkat sekolah”, Bapak memberi instruksi. “Sepulang sekolah langsung pulang ya, jangan mampir sana sini”. Bapak menambahkan instruksinya.

Kamis, 01 Agustus 2013

Rindu Ini, Rindu Hutan


 
Tak pernah terpikirkan bahwa akan ada masanya saya benar-benar merindukan ‘hutan’ (tumbuh-tumbuhan yang sangat banyak), mengingat saya ini adalah orang kampung, orang yang terbiasa meniti pematang sawah, berlarian di bebatuan sungai, bermain ayunan di pohon kelapa tumbang yang melintang di tengah sungai, dan setiap hari merasakan sejuknya hehijauan.
Kenapa?
Ternyata, menikah, hijrah dan berpisah dari orang tua, berarti meninggalkan semua suasana ini. Dan itu kini telah terangkai menjadi rindu.

Maharatu, Marpoyan Damai, Pekanbaru, Riau
          “Abi mau kemana?” Hamzahku menangis ketika taxi berhenti di depan rumah. Saya tersenyum geli, padahal tadi sudah dijelaskan bahwa Abinya akan ke Jogja beberapa hari, ada test untuk masuk sekolah lagi. Lelaki kecilku, 5,1 tahun kala itu, berlari sambil menangis ke pelukan Abinya. 

Selasa, 23 Juli 2013

Pilunya Suasana Ramadhan di Lingkungan Sekolah Anakku



Kemaren siang waktu bubaran sekolah, di pagi menjelang siang, semakin banyak saja anak-anak yang berseragam merah putih duduk-duduk di kedai makanan di depan sekolahan. Kedai-kedai itu masih satu lingkungan (komplek) dengan sekolah. Saya hanya melihatnya dari jauh, nelangsa. Dan membawa anak-anak saya kabur dari pemandangan itu secepatnya. Pilu.
Salah persepsikah saya?


          Perkenalkan, saya ini orang Minang, sebuah suku yang menganut prinsip Adat Bersandi Syarak, Syarak Bersandi KitabuLlah. Saya lahir dan besar di ranah Minang, satu-satunya kesempatan saya merambah ranah orang lain adalah ketika saya menikah  hampir 13 tahun yang lalu. 

Meski kondisi alam Minang Kabau terkadang juga jauh dari kondisi Islami, namun ada beberapa poin yang sulit diabaikan, diantaranya adalah bahwa setiap orang di ranah Minang, baik muslim atau bukan, ada kewajiban tidak tertulis untuk menghormati orang berpuasa. Sehingga ketika Ramadhan menjelang, bisa dipastikan suasana puasa akan kental terasa. Jika ada para pedagang yang nekat mengais rezki di siang hari di bulan ini, maka akan ada aturan-aturan yang mengikatnya. 

Jumat, 12 Juli 2013

Sorban Putih Bapakku



Alhamdulillah, di usia 9 tahun saya dulu, saya sudah memantapkan pikiran untuk tidak berpacaran dan berfikir bahwa pacaran sebelum menikah itu adalah perbuatan sia-sia.
(Alm) Bapak saya memakai metode dialog dan analisa studi kasus untuk saya, dan itu efektif. Tapi sayang tidak efektif untuk saudara-saudara saya yang lainnya.
Ini bisa dimaklumi, karena ternyata memang beda anak, akan berbeda tipikal dan karakternya dan sudah tentu akan berbeda pula pola pendekatannya. Inilah cerita itu, cerita yang takkan mungkin ku lupa seumur hidupku...

***
"Kalian tau apa ini?" Bapak bertanya sambil memegang sorban putih di tangannya.
Kami semua, berenam bersaudara menjawab bahwa itu adalah sorban.
"Kalian tau apa yang akan terjadi jika sorban ini kalian lumurkan dengan lumpur?"
"Tentu saja sorban itu akan kotor," saya menjawab dengan lantang. Pandangan mata beliau beralih ke saya. Entahlah saya tak tahu kenapa, apa karena saya satu-satunya anak yang berani menatap mata beliau ketika berbicara ataukah karena saya adalah anak yang tanpa rasa takut ketika berbicara dengan beliau?

Sia Kau, Matilah Kau



Benar kata pepatah,"Sepandai-pandai tupai melompat sekali waktu kan terjatuh jua." Dan itulah yang terjadi pada saya...:(
Selama ini saya cukup sopan menanggapi sms, meski itu dari orang yang tidak saya kenal. Tapi pernah suatu ketika saya kecele, akibat kekesalan yang menginginkan pelampiasan. Jadilah sebuah sms tanpa prembule menjadi tempat pelampiasan saya. Malangnya..., astaghfiruLlah, ternyata sms salah sambung dari seseorang yang menyimpan nomer saya.
***
Sesore kemaren dulu itu saya bener-bener kesel akan banyak hal. Sms masuk ke hp saya ketika saya separuh terlelap kala meninabobokkan gadis cilik saya. Isinya menurut hemat saya tidak perlu untuk saya pertimbangkan, karena alamat dan isinya ditujukan bukan untuk saya. 

Jumat, 05 Juli 2013

Itu Belum Seberapa, Masih Ada yang Lebih Parah



repost dari sebuah postingan yang terhapus tanpa sengaja.
          Jum’at sore itu anak perempuan saya pulang tidak di waktu biasanya. Sore itu ia pulang pukul 4 sore kurang beberapa menit. Saya dan Abinya sudah cemas menunggu di teras rumah. Biasanya ia pulang ke rumah paling lambat pukul 3.15 sore. Kami masih menunggu dan memberi jeda beberapa menit lagi sebelum memutuskan untuk menelpon driver sekolahnya.
Anak-anak kala itu memang saya ikutkan antar jemput sekolah. Karena sebagai orang baru di kota SMG, saya belum begitu mengenal medan. Di tambah lagi Abinya anak-anak ada kelas magister di setiap malamnya. Anak saya 2 orang yang sudah SD, dan dua-duanya sebenarnya tidak begitu suka naik antar jemput. Seringkali mereka berdua mengajukan proposal agar Abinyalah yang mengantar ke sekolah dan saya  yang menjemput sepulangnya.

Nelangsakah Emak-ku?

Coba renungkan, pernahkah ibu kita memiliki pikiran dan perasaan seperti ini?
 
          Dalam perjalanan saya yang baru 37 tahun lebih, saya pernah bertemu seorang ibu. Terus terang ibu itu sering curhat ke saya tentang anak-anaknya. Entah kenapa, mungkin karena saya bisa jadi teman ngobrolnya ataukah karena penampilan luar saya persis sama seperti anaknya yang jauh di rantau sana. 
Setiap ibu itu curhat sebenarnya saya bisa langsung tahu arah pembicaraannya. Sudah bisa dipastikan, takkan jauh-jauh dari masalahnya dengan anak-anaknya. Sekalipun di awal-awal kami akan bercerita yang lain, tapi ujung-ujungnya si ibu akan menyempatkan curhat.

         

Minggu, 02 Juni 2013

Perempuan Selalu Menarik, Bahkan Yang Berjilbab Besar



          Sebuah kejutan di akhir Maret lalu datang dari orang nomor 1 di Jawa Tengah, Gubernur Bibit Waluyo. Himbauannya tentang pelarangan berjilbab besar di lingkungan rumah sakit. Barangkali banyak dari kita yang ternganga mendengarnya, tapi juga ada kemungkinan banyak kita yang malah tidak tahu sama sekali. Kebijakan ini membuat kita berfikir betapa perempuan makin memiliki nilai jual tinggi di setiap sudutnya. Bahkan perempuan berjilbab besar yang seringkali dipandang sebelah mata pun memiliki nilai tersendiri. Ada sesuatu di diri mereka para perempuan yang seringkali bisa menyibukkan para pengambil kebijakan, yang pada umumnya kaum lelaki untuk membuat sebuah himbauan atau peraturan bahkan pelarangan. Faktanya, betapa perempuan masih sangat menarik untuk dibahas, terlepas dari itu popular atau tidak. 

Senin, 13 Mei 2013

Memberi Teguran / Nasehat - 2



Tidak mudah memang untuk memberikan teguran/nasehat kepada seseorang. Selain dibutuhkan niat yang ikhlas dan keberanian, strategi juga tidak kalah pentingnya. Jika yang memberikan teguran/nasehat tidak memperhatikan strategi, seringkali menegur menjadi tidak mengenakkan, baik untuk yang menegur maupun yang ditegur. Seperti menimbulkan kebencian, permusuhan dan merusak hubungan baik.
Setelah mengetahui kendala dalam memberi nasehat / teguran, ada banyak hal lain yang perlu kita perhatikan.

Hal2 yang Perlu Diperhatikan Dalam Menegur 

pertama; Luruskan Niat

Tanyakan ke diri kita, apakah kita ikhlas melakukan teguran ini? Apakah karena kita peduli dengan kebaikannya? Ataukah kita hanya ingin pamer kepandaian? Unjuk kebolehan? Percayalah niat kita akan berpengaruh cukup besar terhadap proses penjagaan ini. Orang bijak bilang, sesuatu yang datang dari hati biasanya tempat jatuhnya adalah hati.

Minggu, 12 Mei 2013

Memberi Teguran/ Nasehat- 1


Lihatlah, maksiat makin marak sekarang. Penyebabnya bermacam. Mulai dari arus informasi yang demikian menggila, yang ‘tak sempat lagi’ untuk difilter oleh penyelenggara informasi, hingga kebiasaan permisif masyarakat terhadap hal-hal yang tadinya dianggap tabu. Bahkan maksiat semakin menjadi-jadi karena fungsi kontrol yang makin melemah. Ketidakpedulian dan sikap masa bodoh kita sebagai bagian masyarakat, juga turut andil dalam memicu maraknya maksiat. Padahal kita ini seperti satu tubuh, lho. Bagaimana mungkin bagian tubuh yang lain tidak merasakan efek negatifnya ketika bagian tubuhnya yang lain sedang menenggak racun dan perlahan-lahan menuju kematiannya?

Jangan pernah berfikir bahwa maksiat yang dilakukan oleh orang lain sekalipun bukan berada di sekitar kita, tidak akan berpengaruh terhadap jiwa kita. Meski tidak membuat kita ikut bermaksiat tetapi ia akan membentuk kita menjadi orang yang tidak peduli ketika kita hanya tahu kesholehan diri sendiri. Menjadi sholeh itu baik tapi terlibat dalam menyolehkan masyarakat itu akan lebih baik lagi.

Sabtu, 27 April 2013

Hadiah Pemuncaknya : Kisah Para Sahabat Nabi


Mendapatkan paket buku Kisah Para Sahabat Nabi ini, sesuatu banget buat saya. Bagaimana tidak, tujuan awal saya untuk ikut event Beautiful Story: Me, Books and My Kids ini adalah untuk menjaga hubungan baik saya dengan Ukhti Nova Yanti. Ukhti yang belakangan saya panggil Tek Nova Yanti ini adalah pemilik Amany Books di Payakumbuh Sumatera Barat, dengan lapak jualannya di www.amanybooks.com .

Kami belum pernah bertemu sekalipun, hanya berteman di DuMay; Dunia Maya, tepatnya di facebook. Saya mengonfirmasi pertemanan juga dengan pertimbangan mutual friends. Tapi setelah beberapa waktu melihat postingannya, saya merasakan chemistry; yes, she is my sister now.
Kemudian muncullah postingannya tentang event ini. Tadinya saya cuekin ya, bukan apa-apa, saya merasa ‘tidak bisa’ menulis. Saya memang suka memosting buah pikiran saya di facebook, tapi hanya sebatas itu. Namun ketika Tek Nova Yanti ini mengatakan “ayo, kirim ceritanya, kita nyari cerita kok, bukan nyari penulis handal” semangat saya menggebu. Saya punya cerita dan saya bukan penulis, sip dah. 


Mulailah saya merancang cerita apa yang akan saya kirimkan. Bukannya sok ya, kalau soal buku saya punya beberapa cerita, baik itu terkait suami atau bahkan terkait anak. Saya selalu merasa membeli buku itu tidak merugikan, namun suami saya bilang buat apa beli buku kalau tidak dibaca? Bahkan saya pernah diam-diam membeli 1 set buku untuk anak, saya cicil mengeluarkannya. Kami sering berbeda pendapat soal ini, hingga akhirnya suami saya mengalah. Sedangkan anak-anak saya senang sekali setiap kali saya hadiahi buku, atau saya ajak jajan ke toko buku.

Rabu, 24 April 2013

Terinfeksi Virus 4L@Y, Berdosakah?


Saya suka pening ketika membaca postingan salah satu teman lama saya di face book. Bukan apa-apa, banyak sekali singkatan-singkatan kata yang membuat kening saya berkerut. Gaul banget. Pengen sih saya mengabaikannya, tapi yang namanya postingan teman ya, pasti muncul di laman kita. Satu-satunya jalan agar saya tidak melihat postingan itu selain mendeletnya, ya menonaktifkan akunnya dari tempat saya di bagian pengaturan. 
Tapi yang namanya teman lama ya, pasti saya tidak tega. Mana dianya suka chatt pula sama saya. Alhasil jalan yang saya tempuh adalah menegurnya, dengan pola pendekatan bahwa sebagai teacher semestinya dia belajar menempatkan diri, sepantasnya. Kan di draft pertemanannya banyak sekali siswa-siswanya. Apa tidak khawatir bakal diremehkan siswa? Begitu pendekatan saya. Dan memberikan referensi tentang bahasan alay yang waktu itu dikupas Nina Muthmainnah Armando di majalah Ummi 2011.

Sumber Google

Pengertian Alay Alay itu apakah? Mengertikah kita dengan pengertian Alay? 

Selasa, 23 April 2013

Sekali Merengkuh Dayung di Celebrating Journey to Motherhood


Minggu tanggal 14 April kemarin sebenarnya adalah hari yang saya tunggu-tunggu. Seminggu sebelumnya saya sudah mempersiapkan diri untuk mengisi akhir minggu di tanggal tersebut. Segala sesuatunya sudah saya rancang. Saya ngebet banget pengen gabung di kopdar IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) Semarang, yang rencana awal dilaksanakan di rumah Mbak Uniek Kasgarwati. Ini kopdar pertama saya, mana jadwalnya belajar ngeblog lagi. 

Persiapan terpenting itu adalah tentang 3 anak saya, bagaimana jika saya pergi mengisi akhir minggu, mereka dibawa atau ditinggal. Berhubung rumah Mbak Uniek-nya jauh di belakang Lotte Mart sana dan saya yang masih buta Semarang, rencana awal ketiga anak saya ditinggal dengan Abinya di rumah. 
Eh dipertengahan minggu menjelang hari-H ternyata anak mertua saya ada acara. Bagaimana ini? Gak mungkin dibawa dong, kan jauh, mana anak-anak saya pada ogah naik taxi kecuali si bungsu Fathimah. Dan tak mungkin pula ketiganya dibawa oleh anak mertua saya. Belum apa-apa, Beliaunya sudah cemas duluan. Hehehe mungkin membayangkan bakal menenteng 3 anak sekaligus, karena gak mungkin ditinggal bertiga saja di rumah, bukan? Sepertinya saya terpaksa ngalah nih, demi anak, mau bagaimana lagi.

Minggu, 21 April 2013

Dialog Tuhan dan Haji Saleh yang Seorang WNI, dalam Robohnya Surau Kami, karya A.A. Navis

“’Pada suatu waktu,’ kata Ajo Sidi memulai, ‘di akhirat Tuhan ALlah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa. Maklumlah di mana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai Haji Saleh. Haji Saleh itu senyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukkan ke surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang-orang yang masuk surga, ia melambaikan tangannya, seolah-olah hendak mengatakan ‘selamat ketemu nanti’. Bagai tak habis-habisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka, bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya.

Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.
‘Engkau?’

Minggu, 07 April 2013

Bertanggung jawab = Berjuang Mempertahankan Pernikahan

Bagaimana kondisi pernikahanmu sekarang, kawan? Apa semuanya baik-baik saja? Adakah ombak gelombang yang menggoyang perahumu? Seberapa kuatkah itu? Ataukah itu hanya goyangan riak-riak kecil di perjalanan.

Pernahkah engkau merasa lelah dan berfikir untuk pensiun dini?
Sebelum engkau mengambil keputusan, coba simak kisah dari seorang temanku ini.
***
Orang bijak bilang, mengambil keputusan itu memang tidak mudah tetapi mempertahankannya (ternyata) jauh lebih tidak mudah.
     Dalam suatu perjalanan pada persinggahan di suatu tempat, saya pernah menemukan seorang wanita "hebat". Saya katakan hebat, karena jika saya yang mengalaminya belum tentu saya akan kuat bertahan. Sebut saja namanya si Ukhti. Si Ukhti ini ternyata menikah dengan "adek", hehehe ini istilah untuk pasangan yang lebih muda. Istilah anak sekarang bronies...si brondong manis,kita sebut saja dia si Lelaki.
Ketika menikah kondisi si Ukhti sudah mapan, alias sudah bisa menghidupi dirinya sendiri, Beliau dosen di salah satu PTS.
Dan si Lelaki adalah mahasiswanya sendiri. Namun ternyata pernikahan si Lelaki dengan si Ukhti ini tidak direstui keluarga laki-laki, ceritanya agak rumit. Intinya si Lelaki ini jika ingin berkunjung ke rumah istrinya harus diam-diam, dan begitu si Lelaki datang, rumah harus dalam kondisi remang-remang jika tidak bisa dikatakan gelap, karena ada saja mata-mata yang memberi tahu kakak si Lelaki yang seorang pengacara, yang selalu meneror si Ukhti.
    

Selasa, 02 April 2013

Ini Saru Lho Mi...


Dengan penuh percaya diri gadis kecilku Aisyah memberiku suprise, "Ini saru lho Mi..." katanya. Sebari kedua tangannya membentuk isyarat telunjuk di tangan kanan dan bulatan jari telunjuk dan jempol di tangan kiri serta mengarahkannya kesatu arah yang sama.
Jujur saja saya kaget, saya hanya sempat bilang "Oh ya.."Melihat ketidakmengertian saya, Aisyah menambahkan informasinya, dengan tangan kanan dia menambahkan deskripsinya, yaitu memasukkan jempol kanannya diantara sela-sela jari telunjuk dan jari tengahnya yang terkatup rapat.

Gadisku baru kemaren 9th, saya tahu ini adalah usia pra pubertas, menjelang remaja, Tapi saya sungguh tidak menyangka akan secepat ini. Kami memberinya lingkungan yang kondusif dan menyekolahkannya di SDIT dan bukan pula sembarangan IT. Namun begitulah, ternyata meski anak-anak bersekolah di IT itu tidak berarti anak-anak akan terhindar dari informasi-informasi negatif.

Rabu, 27 Maret 2013

Malu Dong, Masa Kalah Sama Si Mbak

"...Orang yang berutang bila berkata dusta, bila berjanji tidak menepatinya." (HR. Bukhari, dari Aisyah r.a.) 
     Apakah semua orang yang berutang seperti itu? Tentu saja tidak, tapi kebanyakan dari orang yang berutang apabila tidak bisa menepati janjinya dalam pelunasan, cenderung akan mencari seribu satu alasan. Agar yang punya piutang bisa memberi toleransi atau kalau bisa malah memutihkannya. Atau seseorang yang berutang dan tidak berniat membayar utangnya, cenderung juga untuk berbohong dengan alasan yang dibuat-buatnya.

     Siapa sih yang tidak pernah meminta bantuan orang lain? Sepertinya tidak ada, ya. Yang namanya hidup itu,  pasti ada saat lapang dan saat sempitnya. Pasti ada saat-saat kita membutuhkan orang lain. Di saat itulah kita biasanya meminta tolong, entah itu berupa bantuan moril atau materil.
Pertolongan itu bisa berupa cuma-cuma alias gratis, tetapi bisa pula berupa utang yang harus dibayar.

Senin, 25 Maret 2013

Mandi Bersama Anak, Mengenalkan Anatomi Tubuh

     Suatu ketika anak gadis saya bercerita. Dia dibawa oleh teman-teman perempuannya ke WC sekolah, jadi ceritanya ini rombongan ke WC. Anak saya kala itu terhitung anak baru, dia bilang ,"Uni dipaksa Mi."
Ceritanya sesampai di WC, mereka ber-5 masuk dan teman-temannya menunjukkan sesuatu yang membuat anak saya terkejut.
"Coba pegang, ini sakit lho," kata teman-temannya. Dan yang merasa sakit saling menunjukkan diri. Kemudian anak saya yang masih lugu disuruh menekan dada temannya untuk mengetahui ada tonjolan di sana. Kemudian lagi teman-temannya memaksa anak saya menerima perlakuan pemeriksaan anatomi juga di wilayah dadanya dan anak saya menolak, akibatnya ia dimusuhi.

Perempuan itu seperti telur, gampang pecah jika tak hati-hati menjaganya
     Syukurlah saya membiasakan anak-anak untuk bercerita. Tadinya memang dia diam saja, katanya takut nanti dimarahin. Tapi melihat gelagat anak saya yang sedikit berubah maka saya 'nekat' menanyainya. Ditambah lagi karena usianya yang sudah 8 tahun kala itu, saya rasa perlu untuk mengenalkannya dengan pelecehan seksual yang lebih detil.

Minggu, 24 Maret 2013

Ayam Pop Salero Padang

Ayam adalah lauk kesukaan anak-anak saya. Baik Untuk ke sekolah ataupun untuk di rumah. Sayapun merasakan kemudahan pengolahannya, apalagi untuk bekal ke sekolah karena agenda pagi padat merapat. Ini salah satu olahan ayam di dapur saya, selamat mencoba. 

Bahan: 
1 ekor ayam buras tanpa kepala dan cakar(*), potong 4 bagian 
4 siung bawang putih, parut(2*) 
1 sdt garam 
2 sdm air jeruk nipis 
300 ml air kelapa(3*) 
Minyak goreng secukupnya 

Rabu, 20 Maret 2013

Rasa itu Tumbuh Alami Bersama IIDN

    Saya tak menyangka kerikil-kerikil kecil di perjalanan justru membuat cinta saya tertambat, tumbuh dan berkembang alami pada IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis). Sekarang saya mulai enjoy di sini. Duluu...entahlah.
Kisah ini bermula pada suatu ketika di 9 Januari 2013 seorang teman yang sudah belasan tahun tidak ketemu -Yulva Armadani - mengajukan pertanyaan aneh di inbox Face Book-ku.
 "Assalamu'alaikum, En...mau dicemplungin ke grup-nya Ibuk-ibuk muslimah hebat gak?", kira-kira begitu saduran ke bahasa nasional kita. Pakai disadur ya? Hahaha...ya iya lah, soalnya saya dan Yulva Armadani ini sama-sama orang Minang yang ada di rantau, sehingga terkadang sahut-sahutan di FB-nya pakai bahasa Minang.
"Va suka baca tulisannya Eni", tambahnya. Yee...ketahuan nih, ini salah satu silent reader-ku.
Kala itu di FB saya sedang memposting berseri tentang penerimaan utuh terhadap pasangan. Memang saya selama ini menjadikan FB sebagai tempat mencurahkan isi kepala. Namun terkadang saya merasa bosan, tapi demi meluruskan niat ikut FB-an saya beberapa  kali mencoba mengalahkan rasa bosan. Gak enak banget rasanya duduk memelototi berbagai macam postingan yang seringkali ga-je ; gak jelas arahnya.

Minggu, 17 Maret 2013

Uang Saku : Ketika Anak Candu Jajan

     Orang tua mana sih yang mau anak-anaknya candu jajan, jajan mulu yang ada dalam pikirannya. Di awal-awal barangkali terlihat lucu dan menggemaskan ketika balita kita di usia 3 dan 4 tahun mulai belajar minta jajan. Tapi percaya deh begitu anak memasuki usia sekolah lama-lama orang tua akan merasa gerah karena polah suka jajan ini. Uang saku tak pernah cukup, selalu kurang. Apa saja jenis makanan di depan di depan mata pasti dibelinya. Segala macam warna makanan dicicip anak-anak kita. Atau kalau enggak segala macam mainan 'murah' di depan sekolahan dibawa pulang, mulai dari yang harganya  500 rupiah hingga yang 2 ribu rupiah berpindah tangan dari penjual  ke anak kita. Seberapapun uang di tangan anak tidak pernah cukup untuk 'memenuhi' kebiasaanya ini.
     Anak-anak itu seperti halnya kita juga. Ada diantara kita yang suka shopping gak ya, atau malah sudah pada tahap 'gila' shopping. Coba sesekali lihat belanjaan kita dari swalayan atau mall. Seberapa banyak penyimpangannya dari daftar belanja yang kita susun sebelum pergi? Seberapa banyak barang-barang yang tidak masuk ke daftar butuh dan mendesak? Bahkan dengan alasan sepele bahwa nanti 'ini'akan dibutuhkan maka barang-barang di rak swalayan berpindah ke troly belanjaan kita. Tahu sendirikan akibatnya, pengeluaran jadi membengkak.
Nah anak-anak juga seperti itu, kita akan menemukan mereka masih membelanjakan uang sakunya padahal kan barusan bekal makan siangnya habis, masih kenyang kok jajan. Barusan juga makan sorenya tandas, ini
sate lewat dipanggil juga, tak lama kemudian lewat siomay eeh...dipanggil lagi. Dibagian sebelumnya sudah

Kamis, 14 Maret 2013

Uang Saku : Seberapa Nilai yang Layak?

 
     Sebagai orang tua kita harus paham, bahwa masalah uang bukanlah masalah sepele. Uang memang bukan segala-galanya tapi kita juga tahu bahwa dengan uang kita bisa mendapatkan/melakukan banyak hal, meski bukanlah segala hal. Sehingga sangatlah penting bagi kita sebagai orang tua untuk peduli mengajarkan persepsi yang baik kepada anak tentang nilai uang serta bagaimana pengelolaannya
Sebagai langkah awal kita bisa memulainya dari pengelolaan uang saku.

#Uang Saku ; Perlukah Anak-anak Diberi Uang Saku? (ini sudah saya ceritakan dibagian sebelumnya)

Itu artinya pengaturan pola jajan anak juga jangan dipandang sepele, karena ini akan menyangkut banyak hal, seperti :

1. Pembiasaan yang baik (yaitu tentang pengendalian diri, dimana mereka anak-anak kita akan belajar mengekang keinginannya, yang akan dibawanya kelak hingga dewasa dan mungkin akan diadopsinya untuk cucu-cucu kita),
2. Masalah kedisiplinan (dimana mereka anak-anak kita akan belajar bahwa ada batas-batas yang tidak boleh dilanggarnya dan mereka 'harus' belajar mematuhi aturan main),
3. Meluruskan persepsi mereka tentang uang (jika mereka mudah mendapatkanya, berapa saja dan kapan saja, maka mereka tidak akan tenang jika tidak memperolehnya dan ini akan mendorong mereka untuk melakukan 'banyak hal', karena uang jajan sudah menjadi sesuatu hal yang wajib dan akan menimbulkan 'candu' jajan.)

#Uang Saku ; Berapa kali boleh Jajan, di rumah dan di sekolah.
Ingatlah apapun yang sering kita terapkan

Sabtu, 09 Maret 2013

Mendidik Anak yang Baik : Jangan Dibikin Rumit

Seorang teman bertanya, Bagaimana Cara Mendidik  Anak yang Baik?
***
    SubhanaLlah...bagaimana ya caranya? 
    Bukannya pelit ilmu kawan, tapi ilmu saya ini juga ilmu alam. Membaca yang tertulis di alam, mengamati yang terjadi di alam, menganalisis yang terjadi di alam, dst dst dst...
Saya ini kan anak alam, ya belajarnya dari alam juga. 

Baiklah, saya akan coba untuk berbagi, begini kawan: 
  1. Sebagai Muslim saya menjadikan Al Qur'an dan sunnah Rasul saw sebagai panduan
  2. Saya menjadikan RasuluLlah saw sebagai uswah dan qudwah dalam sekolah kehidupan, 
  3. Saya mempelajari dan meneladani orang-orang dekatnya RasuluLlah, shahabat, ahlul bait, tabi'in    hingga orang-orang sholeh yang hadir di akhir zaman
  4. Saya menganalisis bagaimana orang tua saya dulunya, saya bikin list tentang hal-hal yang saya sepakati dan hal-hal yang tidak saya sepakati. Saya ambil baiknya dan saya buang buruknya, 
  5. Saya menanamkan ke diri, bahwa anak-anak itu tidak pernah meminta untuk dilahirkan, jadi saya

Jumat, 01 Maret 2013

Uang Saku : Perlukah anak-anak diberi Uang Saku?

Perlu atau tidak ya anak-anak kita bekali uang saku?

Pertanyaan ini perlu kita tanyakan ke diri sendiri dan melihat kondisi anak sebelum kita memutuskan apakah akan membekali anak-anak uang jajan atau tidak. Kita perlu menganalisa kebutuhan anak akan uang jajan ini sebelum memutuskannya.
Kenapa? Karena dari beberapa kali pengamatan saya terhadap anak-anak lain dan anak saya sendiri, bahwa ternyata anak-anak itu tidak selalu butuh uang saku. Bagi anak saya sendiri seringkali malah uang jajan itu bersisa atau bahkan belum dijajanin sama sekali. Namun pernah juga mereka merasa kurang dengan uang saku yang saya beri. Begitupun saya juga pernah menemukan orang tua yang anaknya selalu merasa kurang dengan uang jajannya.
Yang kita sebagai orang tua harus pahami adalah, apapun yang kita berikan ke anak adalah dalam rangka pembelajaran  dan haruslah bersifat mendidik.

Kenapa kita perlu menanyakannya ke diri kita?

Jujurlah, kadang-kadang situasi kita di masa lalu berpengaruh terhadap pemberian uang jajan dan nominalnya. Contoh nih ya, saya pernah menahan uang jajan anak laki-laki saya karena sebuah pelanggaran yang dilakukannya. Maka sesuai kesepakatan itu berarti uang jajannya ditahan. Walaupun di depan saya - suami terlihat tega, tapi ternyata Beliau tidak tega. Itu akhirnya terungkap setelah kemudian saya mewarning anak. Katanya, "tadi Abi mau selipin uang lho Mi buat Hamzah. Gak tega Abi melihat dia tidak jajan. Jadi keingetan saat Abi kecil dulu, pergi ke sekolah tanpa jajan. Terpaksa menelan air ludah melihat teman-teman

Selasa, 26 Februari 2013

Mensiasati Jajanan Anak2 : Sirop Rosella dan Markisa (Resep)

 Minuman dingin dalam suasana panas dan kering adalah minuman incaran siaapa saja, termasuk anak2 kita. Pernah ke sekolah anak2 kan? Sirup2 yang tak jelas merk dan komposisinya dicampur penjual dengan aneka bahan menjadi jajanan. Terakhir Aisyah - anak gadis saya mengajukan proposal untuk diijinkan membeli es serut yang disiram sirup merah menyala. Setelah nonton acara di TV tentang bahaya es balok yang tak jelas sumber airnya ini dan syrup2 yang aspal bikinan pedagang sendiri, saya jelas2 melarangnya.
Alhamdulillah, saya terbiasa menyediakan minuman dingin olahan tangan sendiri. Sehingga anak2 saya bisa mengerti ketika diberitahukan bahaya jajanan seperti itu di luaran.

Berikut ini ada resep sirup hasil olahan dapur rumahan saya yang sangat disukai oleh seluruh anggota keluarga.

SIRUP ROSELLA

Sirup rosella bisa berasal dari bunga rosella segar, baik yang ungu atau yang merah. Yang ungu kelopak bunganya lebih tebal sedangkan yang merah lebih tipis. Dari rasa, yang ungu agak kurang kecut jika dibandingkan dengan yang merah. Itu bisa dimengerti karena yang merah kandungan vit. C nya lebih tinggi.
Dulu ketika saya masih (di Pekanbaru) punya sedikit lahan, saya suka menanam bunga rosella. Tanaman ini bisa bertahan hingga kurang lebih 2 tahun, dengan ketinggian tanamannya bisa 2,5 meter. Menanamnya mudah, perawatannya pun mudah, asal mendapat suplai makanan cukup, suplai air memadai dan sinar matahari. Bahkan bunga rosella itu juga dimanfaatkan oleh para tetangga, dan jika masih berlebih rosella merah saya keringkan menjadi teh. Untuk rosella ungu saya tidak bisa bikin tehnya secara alami, karena kandungan air di kelopaknya sangat banyak, juga tanaman rosella ungu ini tidak sekokoh rosella merah.
Sayang sekali selama di (Semarang) saya terpaksa membeli rosella teh yang sudah dikemas.


Jumat, 22 Februari 2013

Panggil Aku...Ninie

Diperjalan yang baru 37 tahun ini aku sudah mengalami pergantian nama berkali2.
     Aku terlahir 37 tahun yang lalu dengan nama Fetri Eni. Sampai saat ini aku tidak tahu arti nama ini. Menurut Emak karena aku lahir di bulan Pebruari. Itu saja. Sedari kecil aku berfikir kenapa aku tidak diberi nama yang lain ya, yang terlihat keren seperti nama teman2 SD kelas 1 ku yang lain. Seperti nama Yulia Arisandi, Dona Alminora. Di mata kanak2ku nama2 tersebut terlihat keren. Ditambah lagi sebagai anak ke-5 dari 6 bersaudara, kakak2ku suka mengolok2 dengan memanggilku Pepet. Kesannya gimana gitu. 
Aku jadi teringat nama panggilan seorang teman TK; T*t*t. Karena anaknya sedikit nakal, mulutnya lancang aku jadi ogah dipanggil begituan. O ya, nama2 lengkap teman TK aku malah tidak ingat satupun, karena kami hanya 1 tahun di sekolah yang sama. Kalaupun akhirnya aku tahu nama lengkap mereka, itu karena kemudian takdir membuat kami bersekolah di tempat yang sama. Seperti MDA, sebuah sekolah sore di luar SD yang ku ikuti selama 4 tahun, berada di satu  SMP bahkan satu SMA.
Kembali ke namaku ya, di kelas 1 SD Ibu Jus -guru kelas 1 ku- mengubah namaku menjadi Fitri Eni. Aku senang sekali, kesannya nama ini lebih manis. Aku suka menghubungkannya dengan Hari Raya Idul Fitri, aku bangga namaku di ganti.

Tetapi dalam pergaulan keseharian baik di rumah maupun di lingkungan aku biasa di panggil Ninie. Nah, sejarah nama ini Emak-ku tahu ketika ku tanya kenapa. Beliau bilang nama itu dari Bapak, karena aku punya

Selasa, 19 Februari 2013

Dan Kedamaian Saya Terganggu Gara2 Pelatihan Ini

    Setelah hampir 14th meninggalkan bangku perkuliahan inilah kali pertama saya bener2 dalam kondisi 'tertekan' untuk bisa menampilkan yang terbaik. Ini semua gara2 Pelatihan WRITERPRENEUR I yang saya ikuti. Syaraf2 di kepala saya terasa 'kehidupannya', sehingga berpengaruh ke kualitas tidur, selera makan, keletihan dan capek yang luar biasa.
     Tadinya sebelum ikut WP I ini, kehidupan saya cukup damai. Beraktifitas sehari2 sebagai IRT biasa, atau plusnya mencoret2 dinding FB saya saja. Tapi seorang teman baik mengenalkan saya dengan IIDN, mungkin dia gerah kali yah, hampir setiap hari melihat postingan saya. Dan tercemplunglah saya ke IIDN.
Saya ikut PW I karena penasaran, katanya kita belajar menulis. Tanpa pikir panjang saya mendaftar, bayar dan terlibat.
Nah...setelah dapat link saya kaget luar biasa, Pelatihan WRITERPRENEUR Buku Laris Rezeki Manis. Oalah...kayaknya saya salah mendaftar kelas deh, saya kan cuma pengen dapat ilmu menulis dasar, kayak

Senin, 18 Februari 2013

Garenah Pak Tua Penjual Ubi Jalar

    Kawan..., kalian tahu ubi jalar kan? Itu bahasa kampung saya, Bahasa Indonesia-nya bernama Ketela Rambat, orang di sini (Semarang) menyebutnya Ubi.
Sesiang tadi ketika sibuk beberes2 rumah, anak mertua saya bilang,"Mi mau beli Ubi gak? Besar2 tuh ubinya." Saya merespon karena memang pengen bikin kolak biji salak. Kata besar2 ini menarik hati saya karena biasanya kalau ubinya gede2 itu tandanya ubi tua, lebih berasa dibikin kolak.
Informasi dari anak mertua, penjualnya si Bapak Tua. Nah...di titik ini perasaan saya mulai gak enak. Biasanya suami saya kasihan nih sama penjualnya. Tapi gak boleh su'uzhonkan ya, ayo dibuktikan!!
Jadilah saya bertemu si Pak Tua, orangnya benar2 tua. Pantas suami saya kasihan, mana bawaannya berat lagi. Mikul berapa kilo ubi tuh?

     Dan ternyata oh ternyata si Pak Tua tak bisa pula berbahasa nasional. Ampun denai,