Laman

Jumat, 12 Juli 2013

Sia Kau, Matilah Kau



Benar kata pepatah,"Sepandai-pandai tupai melompat sekali waktu kan terjatuh jua." Dan itulah yang terjadi pada saya...:(
Selama ini saya cukup sopan menanggapi sms, meski itu dari orang yang tidak saya kenal. Tapi pernah suatu ketika saya kecele, akibat kekesalan yang menginginkan pelampiasan. Jadilah sebuah sms tanpa prembule menjadi tempat pelampiasan saya. Malangnya..., astaghfiruLlah, ternyata sms salah sambung dari seseorang yang menyimpan nomer saya.
***
Sesore kemaren dulu itu saya bener-bener kesel akan banyak hal. Sms masuk ke hp saya ketika saya separuh terlelap kala meninabobokkan gadis cilik saya. Isinya menurut hemat saya tidak perlu untuk saya pertimbangkan, karena alamat dan isinya ditujukan bukan untuk saya. 
Yakni, seseorang meminta kesedian waktu saya, tapi lucunya dia enggak ngomong langsung, melainkan melalui perantara. Saya memang kesel. Bagaimana tidak, padahal dah beberapa hari ini saya selalu berpapasan dengan orang yang meminta waktu saya tersebut. Anehnya kenapa dia tidak ngomong langsung. Jadi ketika sms itu masuk, saya protes keras ke si pengirim (yang memforward sms asli tanpa mengubah sedikitpun isinya) dengan mengatakan saya tidak punya waktu untuk yang ‘meminta’ waktu saya itu.
Alasannya sederhana, kenapa dia tidak ngomong langsung, kenapa harus pakai perantara. Saya merasa tersinggung dan diremehkan. Lucunya, si pengirim sms malah membela orang tersebut dan memaksa saya memaklumi alasannya yang hingga detik ini saya tak tau alasannya kenapa.

Tidak cukup dengan sms, kemudian datang telpon dari si pemforward sms itu, meminta saya untuk mempertimbangankannya kembali. Tegas saya bilang, TIDAK.  Wong siangnya saya ketemu sama si pengirim sms, tapi dia hanya melengos dan tidak berkata apa-apa. Lalu untuk apa saya terlibat, iya tho...tegasnya saya menolak, karena pertimbangan ego, saya merasa diremehkan, juga karena saya sudah punya agenda di jam-jam yang dimintanya untuk bertemu.

Dipuncak rasa jengkel dan kesel itulah saya masih menyempatkan sms-an dengan orang lain untuk menanyakan sesuatu yang saya diskusikan senin sebelumnya, saya tanya apa ada masalahnya dalam kondisi proses sekarang. Begitulah...sms berbalas-balasan, disambi dengan mata saya yang mengantuk, tubuh yang letih, anak-anak yang minta perhtian  dan hati yang kesal. Intinya saya bener-bener bad mood. 
Kendati demikian, sms saya ini dengan seseorang yang lain, isinya panjang-panjang baik dari saya atau pun dari yang lain itu. Di tengah-tengah konsentrasi penuh mengurai masalah dalam pemilihan kata-kata yang pas, diselingi adzan maghrib yang sudah berkumandang, tiba-tiba menyelip sebuah sms dari nomer tidak dikenal.

Nah...ini dia tempat pelampiasan kekesalan saya itu.

+ Aslkm. Mb, mintol isikan 100 dong...

Ha...siapa pula ini? Sejujurnya no saya sering diisengin orang tak dikenal, mulai dari salah sambung, miscall-miscall, minta pulsa, dan minta transfer duit. Entah itu dari Papa, Mama, Mbak, Mas bahkan dari si Yayang. Biasanya saya tidak mengubris, langsung saya hapus saja. Kalaupun saya tanggapi seperti salah sambung dan miscall-miscall, biasanya saya hanya memberi tahu dia kalau salah orang atau salah nomer.
But, kali ini saya bener-bener lagi kesel, minta pulsa 100 lagi, emang dia siapa? Lalu terjadilah komunikasi itu. Orang minang bilang, gak seru ngomelin orang pakai Bahasa Indonesia Raya. Heheh...saya juga sering merasa begitu, maka jadilah saya balas dia pakai Bahasa Minang.

= sia kau

+ Aq emiii...hiks:'(

Saya punya adik namanya Emi, tapi ini bukan nomer nya, dan dia tidak pernah pula sekalipun meminta pulsa. Sebenarnya sisi hati saya sudah ingin menyetop pembicaraan, tapi karena dia pakai bahasa gaul, saya pikir ini orang iseng. Ya sudah, saya lanjutkan saja permainannya. Sekalian hiburan gitu, sekalian melepaskan kesal. Haa...sekali merengkuh dayung kata pepatah nenek moyang saya.

= matilah kau

+ Maaf ni...sy emi bina amal yg org simabur. Sy pikir uni, mb enni yg di muradi biasa saya isi pulsa. Afwan ya ni...

Ondeh mandeh, mati den, urang Padang kironyo ko mah. Dia bilang Bina Amal lagi, itukan tempat sekolah anak saya, gimana kalau nanti kami ketemu di sekolah? Saya bener-bener kaget. Saya berniat akan meminta maaf jika kelak kami sempat berpapasan di sekolah. Tapi sekalipun demikian, saya juga harus minta maaf di sms ini.

= jd ini sungguhan, bukan main2? afwan juga, saya capek dikerjain orang +lagi saya lagi sms-an soal penting,eee ada no tak dikenal minta pulasa 100 lagi, afwan jiddan ya,ngapain di bina amal,ngajar?

Jika kami berhadap-hadapan sudah bisa saya terka kalau wajah saya akan berubah seperti kepiting rebus. Malu nian rasanya, kelepasan ngomong, karena kesal tingkat tinggi saja padahal.
 
+ Ga lah nii,sy wali murid...Sy yang ketemu uni waktu pertemuan MS dlu. Keluarga sehat ni?

= o...uni emi yang bendahara ms itu ya, ondeh mandeh ma'af yo saya gak nyimpan no nya sih...saya sesore ini agak kesal, alhamdulillah baik, hanya saja hamzah ada sedikit gangguan di kelasnya, so terjadi misskomu antara saya dengan walasnya,ma'af yah.

+ Hehe..

= Haha..

Sebenarnya selama ini saya lumayan berkelas menghadapi orang, biasanya saya akan tanya,"Siapa,Ada apa, Kenapa?", meski nomor yang masuk ke hp saya bukanlah nomor yang saya kenal.
Tapi tau tuh...kemaren dulu itu saya benar-benar terjatuh...:( Benar-benar ‘sedap’ rasanya. Sakit, hiks...
***
Pelajaran yang bisa saya petik adalah :

Sekesal apapun kita, tetaplah bertutur dengan baik. Jangan mengira mentang-mentang kita di rantau takkan ada yang mengerti bahasa ibu kita. Huu...orang Minang dimana-mana lho, bahkan di Jawa ini sangat banyak. Meski merekapun sebenarnya belum tentu bisa berbahasa Minang seperti Uni Emi di atas, tapi biasanya mereka mengerti artinya. Secara darah mengalir ya, biar gak bisa berucap, tapi paham maksudnya apa.

Belajarlah mengotak-ngotakkan masalah. Jika marah dengan seseorang, seseorang yang lain tidak layak untuk menjadi pelampiasan emosi. Lha dia tidak terkait kok, jadi tidak sopan jika melibatkannya.

Jika sudah terlanjur, minta maaflah. Dengan begitu mudah-mudahan hubungan menjadi lebih baik.


Remake:

Vetrieni Binti Munir (Catatan) pada 28 April 2012 pukul 9:09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar