Benar kata
pepatah,"Sepandai-pandai tupai melompat sekali waktu kan terjatuh
jua." Dan itulah yang terjadi pada saya...:(
Selama ini saya cukup
sopan menanggapi sms, meski itu dari orang yang tidak saya kenal. Tapi pernah
suatu ketika saya kecele, akibat kekesalan yang menginginkan pelampiasan.
Jadilah sebuah sms tanpa prembule menjadi tempat pelampiasan saya.
Malangnya..., astaghfiruLlah, ternyata sms salah sambung dari seseorang yang
menyimpan nomer saya.
***
Sesore kemaren dulu
itu saya bener-bener kesel akan banyak hal. Sms masuk ke hp saya ketika saya
separuh terlelap kala meninabobokkan gadis cilik saya. Isinya menurut hemat
saya tidak perlu untuk saya pertimbangkan, karena alamat dan isinya ditujukan
bukan untuk saya.
Alasannya sederhana,
kenapa dia tidak ngomong langsung, kenapa harus pakai perantara. Saya merasa
tersinggung dan diremehkan. Lucunya, si pengirim sms malah membela orang
tersebut dan memaksa saya memaklumi alasannya yang hingga detik ini saya tak
tau alasannya kenapa.
Tidak cukup dengan
sms, kemudian datang telpon dari si pemforward sms itu, meminta saya untuk
mempertimbangankannya kembali. Tegas saya bilang, TIDAK. Wong siangnya saya ketemu sama si pengirim
sms, tapi dia hanya melengos dan tidak berkata apa-apa. Lalu untuk apa saya
terlibat, iya tho...tegasnya saya menolak, karena pertimbangan ego, saya merasa
diremehkan, juga karena saya sudah punya agenda di jam-jam yang dimintanya
untuk bertemu.
Dipuncak rasa jengkel
dan kesel itulah saya masih menyempatkan sms-an dengan orang lain untuk menanyakan
sesuatu yang saya diskusikan senin sebelumnya, saya tanya apa ada masalahnya
dalam kondisi proses sekarang. Begitulah...sms berbalas-balasan, disambi dengan
mata saya yang mengantuk, tubuh yang letih, anak-anak yang minta perhtian
dan hati yang kesal. Intinya saya bener-bener bad mood.
Kendati demikian, sms
saya ini dengan seseorang yang lain, isinya panjang-panjang baik dari saya atau pun
dari yang lain itu. Di tengah-tengah konsentrasi penuh mengurai masalah dalam
pemilihan kata-kata yang pas, diselingi adzan maghrib yang sudah berkumandang,
tiba-tiba menyelip sebuah sms dari nomer tidak dikenal.
Nah...ini dia tempat
pelampiasan kekesalan saya itu.
+ Aslkm. Mb, mintol isikan 100 dong...
Ha...siapa pula ini?
Sejujurnya no saya sering diisengin orang tak dikenal, mulai dari salah
sambung, miscall-miscall, minta pulsa, dan minta transfer duit. Entah itu dari
Papa, Mama, Mbak, Mas bahkan dari si Yayang. Biasanya saya tidak mengubris, langsung
saya hapus saja. Kalaupun saya tanggapi seperti salah sambung dan miscall-miscall,
biasanya saya hanya memberi tahu dia kalau salah orang atau salah nomer.
But, kali ini saya
bener-bener lagi kesel, minta pulsa 100 lagi, emang dia siapa? Lalu terjadilah
komunikasi itu. Orang minang bilang, gak seru ngomelin orang pakai Bahasa Indonesia
Raya. Heheh...saya juga sering merasa begitu, maka jadilah saya balas dia pakai
Bahasa Minang.
= sia kau
+ Aq emiii...hiks:'(
Saya punya adik
namanya Emi, tapi ini bukan nomer nya, dan dia tidak pernah pula sekalipun
meminta pulsa. Sebenarnya sisi hati saya sudah ingin menyetop pembicaraan, tapi
karena dia pakai bahasa gaul, saya pikir ini orang iseng. Ya sudah, saya lanjutkan
saja permainannya. Sekalian hiburan gitu, sekalian melepaskan kesal.
Haa...sekali merengkuh dayung kata pepatah nenek moyang saya.
= matilah kau
+ Maaf ni...sy emi bina amal yg org simabur. Sy pikir uni, mb enni yg di
muradi biasa saya isi pulsa. Afwan ya ni...
Ondeh mandeh, mati
den, urang Padang kironyo ko mah. Dia bilang Bina Amal lagi, itukan tempat
sekolah anak saya, gimana kalau nanti kami ketemu di sekolah? Saya bener-bener
kaget. Saya berniat akan meminta maaf jika kelak kami sempat berpapasan di
sekolah. Tapi sekalipun demikian, saya juga harus minta maaf di sms ini.
= jd ini sungguhan, bukan main2? afwan juga, saya capek dikerjain orang
+lagi saya lagi sms-an soal penting,eee ada no tak dikenal minta pulasa 100
lagi, afwan jiddan ya,ngapain di bina amal,ngajar?
Jika kami berhadap-hadapan sudah bisa saya terka kalau wajah saya akan berubah seperti kepiting rebus. Malu nian rasanya, kelepasan ngomong, karena kesal tingkat tinggi saja padahal.
+ Ga lah nii,sy wali murid...Sy yang ketemu uni waktu pertemuan MS dlu.
Keluarga sehat ni?
= o...uni emi yang bendahara ms itu ya, ondeh mandeh ma'af yo saya gak
nyimpan no nya sih...saya sesore ini agak kesal, alhamdulillah baik, hanya saja
hamzah ada sedikit gangguan di kelasnya, so terjadi misskomu antara saya dengan
walasnya,ma'af yah.
+ Hehe..
= Haha..
Sebenarnya selama ini
saya lumayan berkelas menghadapi orang, biasanya saya akan
tanya,"Siapa,Ada apa, Kenapa?", meski nomor yang masuk ke hp saya
bukanlah nomor yang saya kenal.
Tapi tau tuh...kemaren
dulu itu saya benar-benar terjatuh...:( Benar-benar ‘sedap’ rasanya. Sakit,
hiks...
***
Pelajaran yang bisa
saya petik adalah :
Sekesal apapun kita,
tetaplah bertutur dengan baik. Jangan mengira mentang-mentang kita di rantau
takkan ada yang mengerti bahasa ibu kita. Huu...orang Minang dimana-mana lho,
bahkan di Jawa ini sangat banyak. Meski merekapun sebenarnya belum tentu bisa
berbahasa Minang seperti Uni Emi di atas, tapi biasanya mereka mengerti
artinya. Secara darah mengalir ya, biar gak bisa berucap, tapi paham maksudnya
apa.
Belajarlah
mengotak-ngotakkan masalah. Jika marah dengan seseorang, seseorang yang lain
tidak layak untuk menjadi pelampiasan emosi. Lha dia tidak terkait kok, jadi
tidak sopan jika melibatkannya.
Jika sudah terlanjur,
minta maaflah. Dengan begitu mudah-mudahan hubungan menjadi lebih baik.
Remake:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar