Laman

Senin, 25 Maret 2013

Mandi Bersama Anak, Mengenalkan Anatomi Tubuh

     Suatu ketika anak gadis saya bercerita. Dia dibawa oleh teman-teman perempuannya ke WC sekolah, jadi ceritanya ini rombongan ke WC. Anak saya kala itu terhitung anak baru, dia bilang ,"Uni dipaksa Mi."
Ceritanya sesampai di WC, mereka ber-5 masuk dan teman-temannya menunjukkan sesuatu yang membuat anak saya terkejut.
"Coba pegang, ini sakit lho," kata teman-temannya. Dan yang merasa sakit saling menunjukkan diri. Kemudian anak saya yang masih lugu disuruh menekan dada temannya untuk mengetahui ada tonjolan di sana. Kemudian lagi teman-temannya memaksa anak saya menerima perlakuan pemeriksaan anatomi juga di wilayah dadanya dan anak saya menolak, akibatnya ia dimusuhi.

Perempuan itu seperti telur, gampang pecah jika tak hati-hati menjaganya
     Syukurlah saya membiasakan anak-anak untuk bercerita. Tadinya memang dia diam saja, katanya takut nanti dimarahin. Tapi melihat gelagat anak saya yang sedikit berubah maka saya 'nekat' menanyainya. Ditambah lagi karena usianya yang sudah 8 tahun kala itu, saya rasa perlu untuk mengenalkannya dengan pelecehan seksual yang lebih detil.
Sebagai orang tua saya terkejut dan ini mendorong saya untuk mengetahui lebih jauh lagi. Masih informasi dari anak saya, sejak saat itu setiap berpapasan di koridor sekolah atau berpapasan di dalam kelas ada 1 anak yang selalu iseng menjamah dada anak saya. Dan diantara teman-teman sepergaulan anak itu selalu curhat tentang betapa tidak nyamannya rasa sakit di dada itu.

     Setelah informasi komplit, mulailah saya menerangkan ke anak tentang rasa sakit itu.
Saya katakan itu adalah tanda-tanda seorang anak perempuan mulai besar. Semua perempuan juga seperti itu, Ummi, Mama, Ummi Nel, Bunda Ca, Teteh Nida, Uni Amel, Tante Wiwi...., saya sebutlah semua nama yang akrab di telinganya.
"Apa ustadzah juga begitu, Mi", anak saya bertanya dengan lugunya.
Saya jelaskan, "iya,semua perempuan seperti itu, jika ia hendak baligh akan tejadi perubahan pada tubuhnya."
Mata yang menerawang itu membuat saya teringat akan pelajaran di masa kecil.

     Duluu...sebagai orang kampung yang tinggal di kampung yang masih asri saya memiliki kesempatan mandi di kolam yang berair jernih di areal rumah sendiri. Itu artinya cukup sering saya menikmati mandi bersama orang dewasa, baik itu Mak, kakak atau para tetangga yang menumpang mandi. Meski pikiran saya tidak aneh-aneh, tapi alam bawah sadar saya memberi tahu bahwa berbeda bentuk tubuh anak-anak dengan orang dewasa.
Sesuatu yang membuat penerangan. Saya berfikir terkadang teori saja tidak cukup, anak-anak perlu praktek melihat langsung. Dan sebagai orang tua saya merelakan diri untuk menjadi objeknya.

     Jadilah selama beberapa minggu di setiap akhir minggu kami punya agenda mandi bersama, saya dan anak gadis saya. Tentu saja dengan batasan-batasan aurat yang diperbolehkan dalam Islam. Mulailah kami observasi, saya tunjukkan daerah-daerah yang akan mengalami perubahan jika seorang perempuan sudah baligh. Saya tekankan betapa pentingnya ia menjaga ini semua, tak seorangpun boleh menyentuhnya walau itu Abi-nya sekalipun. "Jika Ummi masih hidup dan sesuatu terjadi ke Aisyah, maka Ummi adalah orang pertama yang boleh menyentuhnya." Saya memberi penekanan pada kalimat ini dan melanjutkan bahwa dosa besar bagi orang-orang yang melanggarnya.
Saya tegaskan, jika seseorang memegang daerah tertentu dari dirinya, dia berhak untuk marah, dan harus melaporkannya ke saya, agar saya bisa mengambil tindakan.

     Sedikit saya sayangkan memang, tentang anak-anak yang memilih curhat dengan teman sebayanya. Sempat terfikir oleh saya, Ibunya kemana gitu dan ngapain aja. Sebegitu sibuklah mereka sehingga lalai dalam mengawasi anak? Bagaimana mungkin mereka tidak tahu bahwa telah terjadi perubahan fisik pada anaknya. Padahal perubahan fisik ini dapat terdeksi lebih dini jika orang tua perhatian. Ciumlah aroma tubuhnya, bukan lagi aroma bayi bukan? Anak kita sudah menjelang pubertas, maka sudah selayaknya sebagai orang tua dalam hal ini ibu untuk mempersiapkan mereka menuju pubertasnya.
Jangan sampai kecolongan, menurut hemat saya jika anak-anak kita lebih percaya temannya, itu mengindikasikan bahwa kita kurang perhatian pada mereka.

Perempuan itu ibarat bunga, semerbak dan tak sebarang orang boleh memetiknya
      Terkait hal tentang anak perempuan. Anak perempuan ini mengalami pertumbuhan organ seksual yang lebih cepat dibanding anak laki-laki. Karena organ mereka ini sudah berkembang semenjak mereka di dalam rahim. Sehingga itu berakibat perubahan hormonal tubuhnya lebih cepat ketimbang anak laki-laki.
Sedikit kita berbicara tentang kisah-kisah Islam, semua kita tahu bahwa 'Aisyah dinikahi RasuluLlah di usia 9 tahun. Kira-kira apa rahasianya? Menurut hemat saya, itulah usia dimana mulai ada kecenderungan atau ketertarikan akan lawan jenis, usia dimana terjadi perubahan hormonal tubuh secara signifikan. Contohnya dari tubuh beraroma alami dan baby menjadi aroma yang 'menyesakkan' hidung. Memang tidak mesti di usia 9 tahun. Tapi kira-kira itu patokannya, sedikit lebih atau sedikit kurang.

     Ditambah lagi gencarnya arus informasi membuat anak-anak kita lebih cepat tumbuhnya. Rangsangan televisi, internet bahkan cerita anak yang menurut kita amanpun malah merangsang anak menjadi cepat besar.

     Dan sedikit saya sayangkan lagi, ketika saya berbincang-bincang dengan pihak sekolah tentang hal ini, sambutannya sungguh di luar dugaan saya. Dingin dan terkesan biasa, seakan menggapi tentang anak-anak yang terjatuh ketika berlari dalam pelajaran olah raga. Atau jangan-jangan kasus ini sudah sering terjadi di sekolah? Tanggapan yang dingin itu memicu saya lebih perhatian dan protektif terhadap anak gadis saya. 
Saya adalah ibunya, sekolah hanya sarana untuk perkembangannya. Dan sekali lagi saya tekankan ke diri, bahwa mendidik anak itu tidak susah, asalkan kita tahu apa yang harus kita lakukan.


waLlahu'alam, semoga bermanfaat




terimakasihsudahmampir,jikaberkenanmohontinggalkanjejak

11 komentar:

  1. Salut mbak..., aku harus cari cara kasih pendidikan seks ke anak2
    Aku sempet bingung kalo kasih penjelasan ke anak, karena semua cowok jadi agenda mandi bareng gak mungkin...
    Apalagi idam kalo lagi nanya sesuatu nggak peduli sikon (malu2 in maknya)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, masa mandi bareng sama anak laki ya, hm...gimana kalau melibatkan ayahnya, Mbak, kayaknya oke juga tuh :)

      Hapus
  2. wah suka sekali dengan post ini.. "Tentu saja dengan batasan-batasan aurat yang diperbolehkan dalam Islam" .. saya gak begitu paham soal ini mbak.. batasannya apa saja ya mbak.. mohon dishare.. lalu kalo ngajarin anak anatomi tubuh lawan jenis bagaimana ya mbak.. soalnya pengalaman dulu adik saya waktu masih kecil suka pegang (maaf) kelaminnya bapak saya.. mungkin dia beroikir kok beda.. padahal kan kalo anak perempuan tidak mungkin mandi bareng ayahnya.. terus gimana ya ngajarinnya.. makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. insyaALlah nanti di share, bahasan ini terkait dengan sex education Mbak Marita, ada baiknya digabungkan antara sex eduacation secara umum dan secara tinjauan agama, biar seimbang, :) ini masih dalam agenda menulis saya, ntar tak colek dirimu insyaaLlah ya

      Hapus
    2. ditunggu colekannya mbak Eny :)

      Hapus
  3. Bekal banget nih bunda buat sy yang punya anak perempuan (sekarang masih 1,5 tahun umurnya). walau anak sy masih kecil, tp sy udah sering deg2an kalo mengingat bgmn menjaganya dlm dunia yang tidak selalu ramah. tfs mba, salam kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. dunia yang tidak selalu ramah ya Bunda Fathiana :) , agak miris ya mendengarnya, tapi mau bagaimana lagi, kenyataannya seperti itu adanya :(
      terima kasih kunjungannya, salam kenal kembali

      Hapus
  4. ,˚Ơ͡.Ơ͡(y)
    <' ‎​SÏρρ !!!!
    ^. Saya stuju ϐªªªήğȇȇȇ††† tuuuuuh___ posting'y ː̗̀(*)ː̖́ ♏ªήtªρ ː̗̀(*)ː̖́

    BalasHapus
  5. terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak, ya...

    BalasHapus
  6. Subhanallah...trmksh mbak sharingnya, boleh bantu info berdasarkan kajian agama bagian2 mana yg boleh dilihat/tdk pd saat mengajarkan anatomi saat mandi bareng anak itu? Supaya tdk menyesatkan, krn aku pernah dengar ttg sharing dr Ayah eddy(pemerhati pendidikan anak) dia mengajarkan anatomi dgn mandi bareng, tanpa ada batasannya, bgmn menurut Islam? Tks jwbannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. batasan2 aurat dalam Islam itu sudah jelaskan? baik antara non muhrim, berlainan jenis bahkan sesama jenis.
      Maksudnya, meski mandi dengan anak sendiri, tentu tidak dibolehkan mandi pisang goreng alias bertelanjang bulat, tetap ada batasan2 yang tidak boleh diabaikan, begitulah ajaran Islam.
      Mengenai pendapat Ayah Edi, meski saya menyukainya, namun menurut saya dia agak sedikit sekuler juga, entahlah apakah saya salah menilainya.
      Contoh nih ya, ketika kasus JIS dibahas di Metro TV kala itu, Beliau menerangkan bahwa ketika memberi tahu anak tentang penis, ya katakan saja penis itu seperti apa, bahkan beliau bercerita, tunjukkanlah seperti apa penis itu adanya.
      Untuk anaknya sendiri, Beliau membawa anaknya berelancar di internet dan mencarikan gambar2 porno yang mempertontonkan bentuk asli penis itu. na'udzubillah.
      Saya hanya ingin mengatakan, itulah bedanya orang yang memahami agama dengan baik dengan yang tidak,..
      Islam mengajarkan hal yang benar dengan cara yang benar, kesempurnaan Islam menjangkau ke semua lini, tidak ada yang luput.
      Kesalahan kitalah jika tak sanggup menggalinya, bukan karena ajaran agama tak sempurna.

      Hapus