Laman

Sabtu, 09 Maret 2013

Mendidik Anak yang Baik : Jangan Dibikin Rumit

Seorang teman bertanya, Bagaimana Cara Mendidik  Anak yang Baik?
***
    SubhanaLlah...bagaimana ya caranya? 
    Bukannya pelit ilmu kawan, tapi ilmu saya ini juga ilmu alam. Membaca yang tertulis di alam, mengamati yang terjadi di alam, menganalisis yang terjadi di alam, dst dst dst...
Saya ini kan anak alam, ya belajarnya dari alam juga. 

Baiklah, saya akan coba untuk berbagi, begini kawan: 
  1. Sebagai Muslim saya menjadikan Al Qur'an dan sunnah Rasul saw sebagai panduan
  2. Saya menjadikan RasuluLlah saw sebagai uswah dan qudwah dalam sekolah kehidupan, 
  3. Saya mempelajari dan meneladani orang-orang dekatnya RasuluLlah, shahabat, ahlul bait, tabi'in    hingga orang-orang sholeh yang hadir di akhir zaman
  4. Saya menganalisis bagaimana orang tua saya dulunya, saya bikin list tentang hal-hal yang saya sepakati dan hal-hal yang tidak saya sepakati. Saya ambil baiknya dan saya buang buruknya, 
  5. Saya menanamkan ke diri, bahwa anak-anak itu tidak pernah meminta untuk dilahirkan, jadi saya harus bertanggung jawab karena menjadi penyebab mereka terlahir ke dunia
  6. Saya tanamkan ke diri bahwa saya memilki kewajiban menjadikan mereka anak yang sholeh, kewajiban saya atas mereka sementara hak saya biarlah ALlah yang menunaikan
  7. Saya ingin menjadi model bagi mereka, bagaimana orang tua yang baik itu. Untuk itu saya senantiasa belajar dalam banyak kesempatan, termasuk membaca coretan-coretan tentang ilmu mendidik, karena saya sadar...saya ini kurang ilmu 
  8. Saya berusaha menjadikan keluarga kecil ini sebagai team, itu artinya harus ada kerja sama yang baik diantara sesama anggota team agar proyek mendidik ini berhasil maksimal, 
  9. Saya tidak merasa lebih hebat dari anak-anak, bagi saya mereka adalah guru di sekolah menjadi orang tua,
  10. Saya berusaha menganggap anak-anak sebagai 'manusia' yang perlu diminta pendapatnya, perlu didengar usulannya, mereka adalah diri mereka sendiri, mereka bukan ambisi saya. 
  11. Terakhir, selalulah memperbaiki niat dan selalulah berdo'a agar ALlah ta'ala memudahkan. 

    Pengasuhan itu pada dasarnya sederhana kawan. 
Melahirkan, merawat, mengasuh, menjaga hingga mereka bisa bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Setelah itu kita hanya mengwasi, jadi jangan dibikin rumit, pusing nanti jadinya. 
Jangan pernah berfikir bahwa kita telah terlambat, anak-anak sudah terlanjur besar baru kita tersadar. Ketahuilah tiada kata-kata terlambat, selagi masih ada nyawa di badan itu berarti sebagai orang tua kita masih punya kewajiban atas anak-anak yang kita lahirkan ataupun anak-anak yang berada dalam perwalian kita. 
Bukankah engkau tahu bahwa sebongkah batupun bisa berlubang jika ditetesi air terus menerus, apatah lagi hati manusia? Jika engkau merasa tiada daya maka minta daya pada Pemilik dan Penguasa Jiwa; ALlah Rabbul'izzati. 

Marilah kita belajar dari bagaimana orang tua kita dulunya. 
    Barangkali ada diantara kita yang berfikir bahwa orang tua kita telah salah teori dalam mendidik. Tanyalah ke diri kita, 'apakah kita ini produk rusak?' Tentu engkau akan percaya diri mengatakan bahwa 'aku adalah pengecualian.' 

Nah, sekarang mari kita belajar dari pengecualian ini. 
Coba bikin daftar 'kesalahan-kesalahan' orang tua kita dalam mendidik dan 'kelebihan-kelebihannya'. Saya yakin pasti ada sisi baiknya, jadi ambillah baiknya itu. Sadarilah, setiap orang tua pasti mencintai anaknya. Hanya saja barangkali caranya, dengan keterbatasan yang mereka punya hingga 'cinta' itu tidak indah jatuhnya ke kita, anak-anak mereka. 

Ini cerita tentang saya ya, cerita 'sisi positif' pendidikan yang diterapkan orang tua saya. 
    
    Saya ini anak kampung, kawan dan saya tidak malu mengakuinya. Saya bersyukur memiliki orang tua yang memberikan saya kesempatan untuk sekolah, alhamdulillah. Tapi saya juga merasakan nikmatnya kecemplung ke lumpur sawah, meniti pematang, berlarian di bawah rindang pohon kelapa, mencium aroma batang padi kering yang terbakar, terjatuh di bebatuan sungai, berlari-larian di bawah hujan, berenang-renang di kolam ikan, merasakan beratnya mendorong gerobak padi ke penggilingan, merasakan sulitnya hidup dan berpartisipasi dalam perekonomian keluarga serta ketakutan karena ketahuan 'terlibat' dalam pencurian hasil kebun tetangga. 
Dan masih banyak lagi kebahagian masa kecil yang tak bisa ku tuliskan di sini untukmu. 
    Intinya, orang tua saya mengizinkan saya menikmati kebahagiaan masa kanak-kanak yang penuh dengan permainan. Tak lupa Beliau berdua juga mengajarkan saya bagaimana menahan air mata agar jangan tertumpah percuma dan yang paling membekas Beliau berdua mengajarkan saya 'menari' dalam hujan badai kehidupan. 

(Bagaimana ceritamu? Apa sisi positif yang bisa engkau adopsi untuk anak-anakmu?

    Saya mencoba mengadopsi pola asuh orang tua dulunya, dan saya sesuaikan dengan zaman sekarang. Sekarang, anak-anak kita tidak bisa mencicipi semua 'kenikmatan' itu bukan? Karena mereka anak-anak kota dan hidup dalam banyak kemudahan. Jadi bagaimana agar mereka bisa lebih tangguh dari kita? Menurut saya, berilah mereka ruang dan waktu agar bisa berkreasi, berekspresi, bereksprimen dan berkarya dalam menikmati masa kanak-kanaknya. Tentu saja dalam pengawasan kita. Karena kita harus bisa menerima bahwa zaman kita dan mereka tidaklah sama, ada jarak yang membentang. 
So,...sebagai generasi tua yang lebih dulu mencicip asinnya garam, pedasnya lada sudah selayaknya kita berada di posisi mengalah dan memahami; tentu saja pada titik-titik yang bisa di toleransi, kawan. 

    Sekarang mari kita mengamati alam. Kata orang bijak 'Alam terkembang jadi guru', ahaai...tak cocok nian terjemahan ke Indonesianya ya? Ya sudah, secocok-cocoknya sajalah. 
    
    Begini, pernahkah engkau melihat bagaimana itik mengajari anaknya berjalan teratur dan berenang? Kalau engkau anak alam juga seperti halnya diriku tentu engkau pernah melihatnya bukan? 
Dengarlah ceritaku dan cobalah bawa dirimu ke suasananya. 
Untuk turun ke jalan mengawal pasukan ciliknya Sang Induk berada dibagian depan sambil kwek...kwek...kwek. Sayang sekali saya tidak mengerti bahasa itik, tapi yang saya tahu kemudian anak-anak itik itu akan berbaris rapi mengikuti induknya, pun sambil berkwek...kwek...kwek. Kemudian untuk selanjutnya mereka terbiasa antri dan bergerombol rapi pun sambil berkwekwek. 
    Sekarang saatnya itik belajar berenang. 
Coba engkau perhatikan baik-baik, dimana posisi Si Induk itik? 
Ya benar, induk itik terjun duluan ke air, kemudian dengan isntruksi kwekwek-nya satu persatu anak-anak itik akan mengikuti jejak induknya, pun sambil berkwekwek. 

    Selama ini barangkali ini hanya tontonan biasa bagi kita, tapi tahukah engkau kawan, begitulah ALlah ta'ala memberikan kita pelajaran. Dengan cerita dan tontonan yang indah sehingga tanpa sadar kita sudah belajar (ini tentu saja hanya berlaku bagi orang-orang yang memperhatikan). 

    Ya begitulah, sebagai orang tua kita harus bisa memberikan contoh kepada anak-anak kita. Jika kita menginginkan hal-hal baik terhadap mereka maka sudah sewajarnya dan semestinya kita juga mempertontonkan hal-hal yang baik-baik. Agar merekapun tanpa sadar sudah belajar dan kelak terbiasa dengan hal-hal yang baik-baik 

Seperti halnya peduli dengan lingkungan tempat kita tinggal. 
    Menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak-anak itu sangat penting, karena mereka seperti-halnya kita juga sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Maka sudah semestinya kita juga peduli dengan lingkungan tempat kita tinggal karena anak-anak kita juga tinggal dilingkungan itu bersama kita. Janganlah kita egois, hanya peduli dengan diri kita sendiri, masa bodoh dengan lingkungan tempat tinggal kita sendiri. Kelak jika anak-anak kita juga egois dan masa bodoh, janganlah terburu-buru menyalahkan dan mengkritisi mereka tapi sebelumnya cobalah instrospeksi diri. Tanyakan ke diri 'apa yang sudah kupertontonkan ke anak-anakku?'

Jangan pernah merasa lelah untuk menjadi model mereka, bersyukurlah. Bagaimana perasaan dan pendapatmu jika kelak mereka anak-anak kita mencari model yang lain? Pada akhirnya tentu kita akan berduka dan terluka bukan? 
Tapi kawan, janganlah marah. Alam mengajarkan ke kita 'siapa yang menanam kelak dia pasti yang akan memetik buahnya' dan 'buah jatuh takkan jauh dari pangkalnya'. 

Janganlah kita menjadi orang tua yang seperti alam mempertontonkan, 'Seperti memandikan kerbau', ujung-ujungnya kelak ketika kita mengajak anak-anak kita ke yang baik-baik, kita tak ubahnya 'Seperti membawa kambing ke air'. 
Engkau tahu dengan istilah memandikan kerbau bukan? 
    Pengembala hanya menggiring ternak ke sungai, kemudian ternak akan turun sendiri, akan berendam sendiri. Pengembala? Hm...untuk sementara hanya akan duduk-duduk saja beristirahat atau menikmati hari, setelah ternaknya puas berendam barulah pengembala turun sekedar menciprati ternaknya dengan air. Jikalaupun ada yang menggosok ternaknya, itu hanya sesekali. Buat apa coba, besok kerbau masih akan berkubang lumpur tho? Ya percuma saja. 

Nah sekarang coba berimajinasi tentang membawa kambing ke air. 
    Kambing adalah hewan yang paling enggan dengan air. Jika pengembala hendak membawanya ke air, maka dapat dipastikan akan terjadi tarik-tarikkan yang sangat dahsyat dan berisik. Pengembala akan bersikukuh menarik tali dan kambing akan bersikukuh pula bertahan plus dengan embekannya yang memekakan telinga, mbeee...kk. 

    Begitulah, jika anak-anak tidak terbiasa melihat hal-hal baik maka jangan berharap akan mudah mengajaknya melakukan kebaikan. Akan butuh energi yang luar biasa untuk mengubahnya, andai kelak itu sudah menjadi kebiasaan. 

Oke kawan, begitulah yang bisa saya ceritakan tentang 'mendidik anak dengan baik', tidak rumit bukan? Simpel kok, sederhana. 
Hanya dimulai dari diri kita sebagai orang tua, jadilah model bagi mereka, anak-anak kita dan selalulah belajar dari setiap kejadian.

Sukses untukmu selalu, keep fighting, full spirit, full energy. 
ALlahu-akbar!!!
Semoga bermanfaat ya.

4 komentar:

  1. bagus sekali mbak tulisannya.. makasih ya share ilmunya, sangat bermanfaat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah terima kasih ya, jadi 'makin' rajin belajar nih..., hm...masukannya dong, harus diperbaiki dimanaa gitu, please

      Hapus
  2. suka mbak artikel ini memberi masukan yang berarti :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe...belum tidur juga ya?
      terima kasih supportnya, itu cukup berarti for beginner like me, tolong kritikannya dong say, silahkan dari sudut manaa saja, thanks ya

      Hapus