Meskipun saya terlahir
dari keluarga muslim, namun itu tidak berarti saya tahu banyak hal tentang
Islam dari keluarga. Yang saya ketahui tak lebih dari sekedar pengertian
ibadah secara sempit dan tak lepas dari rukun islam yang 5.
Termasuk hal berhijab.
Dalam pandangan anak kecil saya kala itu, hijab (dalam hal ini jilbab dan lilik
–orang sekarang mengenalnya pashmina) hanya dipakai oleh orang-orang yang
menempuh jalur pendidikan agama. Seperti anak-anak MTsN yang biasa berseliweran
di jalan di depan rumah saya atau anak-anak PGA seperti halnya kakak perempuan
saya. Atau mungkin juga anak-anak yang sekolah di sekolah berasrama putri di
Padang Panjang atau IAIN (STAIN sekarang). Jadi ketika melihat mereka saya
sempat berfikir bahwa hijab hanya untuk mereka.
Kemudian sebagai nilai religius. Meski saya
bersekolah sore di MDA selepas jam belajar SD, hijab hanya sebatas ketika saya
ikutan MTQ. Karena semua guru-guru perempuan saya yang nota bene lulusan
sekolah agama seperti yang saya uraikan di atas, hanya berselendang. Bahasa
Minangnya hanya bertingkuluak. Itu sebagai penanda bahwa kita ini religius.