Laman

Rabu, 20 Maret 2013

Rasa itu Tumbuh Alami Bersama IIDN

    Saya tak menyangka kerikil-kerikil kecil di perjalanan justru membuat cinta saya tertambat, tumbuh dan berkembang alami pada IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis). Sekarang saya mulai enjoy di sini. Duluu...entahlah.
Kisah ini bermula pada suatu ketika di 9 Januari 2013 seorang teman yang sudah belasan tahun tidak ketemu -Yulva Armadani - mengajukan pertanyaan aneh di inbox Face Book-ku.
 "Assalamu'alaikum, En...mau dicemplungin ke grup-nya Ibuk-ibuk muslimah hebat gak?", kira-kira begitu saduran ke bahasa nasional kita. Pakai disadur ya? Hahaha...ya iya lah, soalnya saya dan Yulva Armadani ini sama-sama orang Minang yang ada di rantau, sehingga terkadang sahut-sahutan di FB-nya pakai bahasa Minang.
"Va suka baca tulisannya Eni", tambahnya. Yee...ketahuan nih, ini salah satu silent reader-ku.
Kala itu di FB saya sedang memposting berseri tentang penerimaan utuh terhadap pasangan. Memang saya selama ini menjadikan FB sebagai tempat mencurahkan isi kepala. Namun terkadang saya merasa bosan, tapi demi meluruskan niat ikut FB-an saya beberapa  kali mencoba mengalahkan rasa bosan. Gak enak banget rasanya duduk memelototi berbagai macam postingan yang seringkali ga-je ; gak jelas arahnya.

"Di IIDN sudah banyak tulisan kawan-kawan yang dibukukan, siapa tahu Eni bisa ikutan nulis di salah satu antologinya," begitu tambahan uraiannya.
Jujur saja saya tidak terlalu bernafsu mendengar uraian tambahan ini. Karena selama ini kemampuan menulis saya boleh dikatakan tanpa ilmu sama sekali. Hanya mengandalkan insting. Rasanya keder jika harus satu rumah dengan orang-orang hebat. Saya selalu menulis apa yang ingin saya tulis dan membaginya ke orang-orang jika menurut saya orang lain perlu tahu, syukur-syukur bisa dijadiin pelajaran bagi orang lain. Begitu saja.
Tapi dalam etika tak tertulis bab pertemanan, saya tentu harus mengapresiasi setiap niat baik  seorang teman, apalagi dia sahabat lama yang saya tahu fikrohnya bagus. Saya positive thinking aja, insyaaLlah ini grupnya orang baik-baik.
"Wa'alaikumussalam...dicemplungin ke arah yang baik? Ku ucapkan terima kasih Yulva, mudah2an ketemu jalan nih...(kadang ngerasa berada di jalan buntu.....serius)." Saya menanggapi pesan inboxnya.
"Oke, aku invite kesana ya, dijamin insyaaLlah suka deh, banyak info-info tentang kepenulisan", katanya.
Kalimat Yulva ini membuat saya tertarik untuk bergabung. Kalau tadi saya tidak bernafsu, sekarang kondisi terbalik; saya bernafsu banget.

     Info-info tentang kepenulisan? Ini nih grup yang pengen saya ikuti dari dulu. Cuma saya ini ya, karena sedikit rumit jadi perlu informasi positif dari seorang teman untuk masuk sebuah grup. Saya tidak mau masuk-masuk begitu saja. Beberapa kali searching di Google, yang saya temukan tidaklah seperti yang saya inginkan dan saya merasa lelah karena tidak sebanding dengan waktu yang saya gunakan untuk searching.
Tak pakai lama menunggu, sesuatu masuk ke inbox saya. "Dah Va invite yo, tinggal tunggu approve admin."
Rasa penasaran saya akan grup ibu-ibu hebat ini menggiring saya ke grup yang udah nongol di sisi kiri FB- ku. . Langsung deh inspeksi ke TKP. Tapi beneran gak nih udah di-approve admin-nya. Saya takut nanti dianggap pendatang haram.
Belum apa-apa saya dah keder duluan. Hebat-hebat banget nih orang.
Saya intip sana sini dan ketemu jadwal pelajarannya. Penilaian saya pertama; ini benar-benar hebat, semua ter-organisir dengan baik. Tidak seperti grup-grup yang pernah saya masuki, entah itu saya masuk dengan sadar atau dimasukin tanpa ijin.
Ada seruan untuk tidak memasukkan teman tanpa izinnya di IIDN, ok banget, saya suka...saya suka. Memang harus seperti itu kan, tidak seperti yang lain, mengizinkan anggota untuk memasukkan seseorang begitu saja tanpa kerelaannya.
Tapi saya masih bingung, di-approve itu tandanya apa ya? Kala itu saya melihat di bagian lain grup keterangan tentang anggota, dan tidak ada saya di sana.
"Va, diapprove itu tanda-tandanya apa ya?", saya mengirimi Yulva pesan.
Dan lepaslah ketawa sohib lama ini, "=))º°˚˚°º≈нåнåн庰˚˚°º≈º=)) , kalau udah bisa lihat-lihat berarti Чα"̮ sudah di approve buk, happy writing..."
Yulva bilang kalau sudah bisa lihat-lihat itu berarti sudah diapprove, tapi kok gak ada nama saya? 
Ok deh, berarti saya harus proaktif nih. Dan mulailah saya memosting salam perkenalan. Dan tidak bisa. Wuu...benar-benar grup hebat ini, sudah diapprove tapi gak bisa mosting. Saya penasaran dan tertantang. Setelah mencoba berulang kali mosting dan gagal, saya nelangsa. Ntar deh dicoba lagi, dinas dulu ah, ini piring kotor minta sentuhan, rumah minta belaian, cucian minta dilempar ke mesin cuci.

     Penasaran? Memang saya penasaran. Ibarat kata nih ya, saya ditawari seseorang untuk menjambangi sebuah rumah. Saya lihat rumah itu, saya intip sana sini dan saya suka. Rasa penasaran menggiring saya untuk memasuki rumah. Masalahnya pintu dan semua jendela rumah terkunci. Halah...halah, saya ketok pintu sambil baca salam, semua diam, seakan-akan rumah tanpa penghuni. Saya mengintip lewat jendela, mata saya menangkap orang-orang yang lalu-lalang dan bersenda gurau. Saya bertanya ke diri, "Mereka-mereka itu masuk lewat mana ya?". Saya kitari rumah berharap ada pintu atau jendela yang terbuka. Harapan kosong.
Mau inbox Yulva lagi? Saya malu, ntar ketahuan saya ini gagap, masa sih sudah diapprove gak bisa masuk? Kira-kira begitu komentarnya nanti, mengkeret deh saya.
Di ujung perjuangan saya ajukan pertanyaan. Ini memang benar-benar usaha terakhir, kalau gak di respon juga saya memutuskan untuk melupakannya. Ajaib, tak lama kemudian TBM Cemade mengajukan pertemanan. Saya bingung, siapa ini? Ada hubungankah mereka antara Cemade dan IIDN. Saya coba klik lagi grup IIDN, dan masyaaLlah...saya melihat postingan yang saya ajukan ke kolom tanya muncul di wall grup.
Aduhai...ketat kali proses penerimaannya, sedaaap nian.

     Hati saya bimbang, jujur saja. Saya merasa ini grup belagu banget, untuk masuk saja susah. Apa saya keluar saja lagi ya? Benar-benar dilema.
Saya diamkan tuh beberapa hari grup ini, tanpa keinginan untuk menengoknya. Setelah perasaan saya tenang, saya kembali dan memutuskan mencoba untuk mempelajari grup ini, bagaimana polanya.
Sejujurnya saya tertarik dengan beberapa mata pelajaran yang ada di daftar. Tapi saya terbentur sistemnya, pernah saya mencoba bergabung ke pelajaran yang saya tertarik, tapi harus log in dulu, dan itu susah untuk log in-nya. Apakah setiap pelajarannya harus mendaftar dulu? Bingung deh. 
Saya patah lagi. Ya jelas, sebagai IRT tulen yang memutuskan untuk hanya mempekerjakan asisten tukang setrika, dengan 1 anak yang belum sekolah dan baru lewat batitanya, sungguh tidak mungkin duduk nongkrongin komputer di jam-jam itu. Waktu yang paling aman untuk belajar itu ya setelah semua anak terlelap tidur di malam hari.
Ketika malamnya saya mengecek pelajaran, duh...itu pelajaran dimana ya? Harus scroll ke bawah lumayan jauh. Beberapa kali saya coba dan merasa waktu terbuang. 

Tak tahan gulana, akhirnya saya inbox Yulva lagi, itu di dua pertiga Januari, saya mengiriminya pesan,
"aww Va, begini apa Va dah tau banyak ttg IIDN itu? dah berapa lama bergabung?
Nie sebenarnya tertarik dengan beberapa mapel dari kelas reguler yang mereka gelar, tapi kok susah dimasuki ya, kayaknya mesti login-login gitu deh. Gimana caranya? pernah Nie buka-buka www.ibuibudoyannulis.com itu, trus kalau pengen lebih mesti log in, tapi berkali-kali diulang gak bisa-bisa juga. Apa setiap mapel itu berupa grup di dalam grup? apa ada investasi untuk setiap galerinya?
Nie rencana mau ngikutin pelatihan menulis yang awal pebruari itu, dah daftar sih tapi belum bayar , ntar deh...
Cuma pengen banget ngikutin kelas regulernya, adakah saran darimu untukku kawan?"
Inilah jawaban si Yulva
"Va udah gabung lebih dari setahun tapi karena diriku tak kunjung pede menulis jadi Чα"̮ jadi silent reader doank. Tapi banyak kawan va yang alah mambuek antologi dari lomba-lomba dan pelatihan menulis di iidn tu mah. Nah karena dirimu berbakat maka cubolah ikuik pelatihan tu, semoga jadi pambukak jalan jadi penulis handal."
Alhamdulillah taiming patah semangat ini berbarengan dengan pengumunan di bukanya kelas pelatihan menulis. Ikut ah...mudah-mudahan dengan ikut ini saya merasa enjoy. Bismillah, saya daftar, bayar dan menunggu.

     Sejujurnya, semenjak itu saya tidak lagi mengintip-ngintip pelajaran, saya memilih menjadi silent rider dulu, like my freind Yulva. Saya putuskan ingin ikut pelatihan menulisnya dulu. Ntar, kalau pelajaran usai saya coba lagi mengikuti pelajaran reguler 

     Dasar saya-nya yang tidak ingin berjalan-jalan di grup IIDN yah setelah gagal mengikuti kelas reguler itu, ternyata saya ketinggalan informasi pelatihan menulis. Sudah banyak yang di -link-an ke grup private Writerpreneur oleh Markom Lygia Pecanduhujan, dan saya belum. Terpaksa deh saya colek Si Eneng, malam sebelum hari pelatihan. Ih...mepet banget. Saya pikir tadinya akan masuk ke inbox saya dengan sendirinya, sesuai dengan pengumumannya. Tapi ternyata tidak untuk saya. Info dari Markom, kemungkinan FB saya terkunci. Saya pastikan bahwa saya tidak pernah mengunci FB. Setelah berbalas-balas sms akhirnya link-nya mampir di inbox saya, sebelum pukul 11 malam. Ok deh, prepare untuk besok. 

     Saya buka link dan terkejut. What? Writerpreneur (WP) Buku Laris Rejeki Manis? Gak salah nih, saya balik lagi ke wall IIDN dan mengecek postingan markom. Hasilnya saya tidak salah mengerti. So what gitu lho...saya kan dah bayar, bagaimana ini. Ternyata hal yang sama  juga dialami Rita Syukree (mudah-mudahan ini bukan kesimpulan yang salah ya), yang merasa salah masuk kelas, eh ternyata setelah dicari saya tidak menemukan namanya di daftar anggota, atau saya salah mengetikkan nama? Saya pernah menangkap keluhannya  di kelas WP. Dua komen terakhirnya yang tertangkap oleh saya adalah 'wassalam' dan nanyain tentang artikel.
Akhirnya perasaan ini saya curahkan di testimoni saya di Kedamaian Saya Terganggu Gara2 Pelatihan ini setelah kelas usai.

     Jauh sebelumnya, setelah saya gagal masuk kelas reguler, rasa penasaran akan IIDN ini menggiring saya ke toko buku di jalan Pandanaran Semarang. Tadinya saya hanya ingin membeli buku terbitan Samudera  "Ternyata Menulis itu Gampang" buah pena Bu Indari Mastuti, foundernya IIDN. Karena infonya markom, Beliau adalah pengajar di kelas writerpreneur, saya berfikir tentu buku ini yang akan dibedahnya, kan info awalnya pelatihan menulis.
Saya dah nyiapin uang agak gede karena barangkali harganya agak mahal, dan saya terkejut, lagi. Harganya 20-an ribu. Saya lirik deh buku di sampingnya, ada nama Indari Mastuti lagi dan Pritha Khalida. Saya bolak balik bukunya yang berjudul Bukan Buku Bestseller, penerbit Pena Matahari, beli deh. Karena uangnya masih lebih, saya ngintip buku di sampingnya lagi, buku tentang tata bahasa, tapi bukan IIDN punya.
Jadilah hari itu saya ke kasir membawa 3 buku.


      Dan ketika kelas WP dimulai, disitulah saya tahu kalau Neng Lygia Pecanduhujan itu orangnya lincah dan ceria, dan saya tertarik. Biasanya orang seperti ini akan merespon dengan baik, familiar gitu lho maksud saya. I'm a single fighter now, begitu katanya di perkenalan membuat saya tersentuh dan memutuskan untuk meng-addnya. Dan jadilah saya salah satu fans di FBnya.
Teman-teman di WP semua baik, hanya karena perasaan saya sudah kurang nyaman semenjak di-invite teman ke grup IIDN ini, agak susah rasanya untuk berbaur. Saya masih memutuskan menjadi pengamat.
Sampai jauh perjalan saya masih memutuskan untuk menjadi silent reader. Pernah beberapa kali saya mencoba untuk aktif dan proaktif, ternyata itu tidak membantu. Seseorang yang dengan lucu menawarkan rasa aman ternyata justru silent juga di kelas. Sekali jejaknya tertangkap tapi kemudian hilang. Si Uniek Fitria Heni, begitu namanya, belakangan saya baru tahu kalau ternyata kami memiliki beberapa teman yang sama di dunia nyata dan dunia maya, malah saling berteman baik. Wah usut punya usut, si Ibu Dokter ini ternyata lagi ada proyek mendesak yang butuh konsestrasi penuh. Ya sudah, berarti saya harus berbaur nih, berusaha membuat diri nyaman.

     Dalam perjalanan WP saya di-add oleh Mbak Lita Alifah, saya cari tahu dia. Ow...ternyata salah seorang pengampu mapel IIDN, soal blog memblog. Saya jadi malu, karena mapel ini tidak menarik minat saya di awalnya. Saya pikir, buat apa coba. Ngurus FB saja suami saya dah protes. "Jangan cuma chatting doang Mi, bikin sesuatu apa gitu dengan internet, yang membuat Ummi makin pinter", begitu nasehatnya.
Di perjalanan juga saya tahu kalau Mbak Hayu Hanggani -salah seorang anggota kelas WP- adalah pengampu kelas memasak. Hehehe...saya malah pernah nimbrung di obrolannya dulu tanpa sadar ternyata itu kelas. Alamak...sungguh memalukan perangai saya ini.
Inikah rahasianya kenapa beberapa orang di kelas WP terkesan akrab satu sama lain? Oalah...ternyata ada para pengampu mapel di WP, ada para penulis antologi di WP dan lainnya, dan sebuah interaksi yang cukup intens. Beda sama saya yang masih memilih jadi silent reader.

     Begini, sejauh ini baru 3 yang saya add di FB dari grup. Si Uniek Fitria Heni dengan alasan tawaran menenangkan untuk saya dan kami sesuku, Lygia Pecanduhujan dengan alasan yang sudah saya ceritakan dan Umma Azzura si Mimin Cantik kami di Rumah Alumni WP; dengan alasan saya benar-benar ingin nyaman di situ. Selain itu saya hanya konfirmasi pertemanan, saya menyambut uluran tangan mereka dengan harapan saya semakin dekat dan nyaman. Orang-orang baik yang membantu rasa nyaman itu adalah Ibu Guru Lita Alifah, Mbak Nilam F Wulandari, Mbak Tini Djayadi, Mbak Dian Mardiah, Mbak Dewi Hastarini, Mbak Rini Lies, Mbak Atik Zulfiati, Mbak Sugiarti Ahmad, Mbak Fitri Kurniasari, Mbak Titi Alfakhairia, serta Bunda Queena. Kalau mereka semua sempat membaca ini, tentu akhirnya mereka akan tahu, betapa berharganya uluran tangan itu untuk rasa nyaman saya. Terima kasih ya.
Bukannya sombong ya, tapi saya tipe 'harus nyaman dulu' baru 'on', saya tipe pembelajar dalam diam. Saya mengamati dulu baru bergerak. Saya punya banyak kelemahan dan kelemahan-kelemahan itu mendorong saya untuk berhati-hati bertindak dan bersikap. Saya katakan berulang kali ini ke diri sendiri ; Ini hanya masalah waktu.

     Masuknya outline hasil belajar saya ke kelompok yang bisa diajukan ke penerbit, adalah penyemangat tersendiri. Outline itu adalah gambaran hasil penelitian saya setelah bertahun-tahun, boleh dikatakan semenjak 7 tahun yang lalu, ketika saya memutuskan untuk menjadi guru membaca anak saya dan anak-anak para tetangga.
Harapan saya besar, walau tidak bisa juga dikatakan terlalu berharap, cukup sadar diri, saya ini kan pemula. Jujur, saya tidak peduli itu mau diterima penerbit atau bukan, tapi yang saya pedulikan adalah ingin sekali mewujudkannya menjadi buku berseri. Sehingga saya tidak kerepotan lagi karena ini sudah jadwal Fath gadis kecilku belajar membaca. Berharap sangat bisa lagi membuka kelas membaca, sama seperti tahun-tahun yang sudah berlalu di Pekanbaru, tapi dengan buku hasil racikan sendiri.
Itulah yang memicu keberanian saya bertanya ke Ibu Guru Indari Mastuti tentang sebuah informasi Vanity Publisher yang saya peroleh dari majalah Ummi edisi Januari 2013. Keinginan mewujudkan hasil penelitian saya menjadi nyata. Meskipun sudah di-mention tapi si Ibu Guru tidak bergeming, diam seribu bahasa, saya kecewa? Tidak juga.
Sebenarnya saya sudah memperhatikan Beliau sejak awal. Saya mengikuti semua komen-komen teman-teman di kelas WP. Ada pertanyaan yang ditujukan ke Ibu Guru yang dijawabnya dan ada yang diabaikannya. Saya mencoba menganalisa, apa itu? Menurut saya itu perlu saya lakukan untuk mengenal seseorang lebih baik. Akhirnya saya berbaik sangka bahwa Beliau memang termasuk hemat bicara, sedikit jaim dan amanahnya banyak, jadi gak mungkin dong menjawab semua mention tentang Beliau. Ya sudah, 
saya tidak bisa memaksa.

     Tapi sampai detik ini saya merasa calon buku saya bagus kok (hehehe pede amat ya), hanya saja saya menemukan sebuah kesalahan fatal. Yaitu saya tidak menyajikannya dalam bentuk yang menarik dan menawan seperti anjuran Ibu guru Indari Mastuti, tegasnya outline saya perlu revisi besar-besaran. Itu saya ambil kesimpulan setelah mempelajari out linenya Mbak Nunung Nurlela untuk Pondok Mertua Indah-nya yang di-share  ke grup alumni writerpreneur; sistematis, jelas dan to the point. Sayang sekali kala itu saya tidak bisa mempelajari out linenya Mbak Aprillia Zidan Absonny, gak tahu kenapa, tapi tidak buka di laptop saya.

     Perlahan namun pasti, perasaan saya mulai nyaman dan mulailah sesekali saya ke wall IIDN. Suatu ketika saya menangkap sesuatu, apa itu? Oh...ternyata IIDN Semarang habis memosting kegiatan dengan Kak Seto. Oalah ada ternyata di kota domisili saya. Saya follow deh, mudah-mudahan ini membantu rasa nyaman yang lebih di IIDN.
Belum banyak interaksi saya dengan IIDN, tapi sejujurnya saya mulai menyukainya perlahan namun pasti, alhamdulillah.

Ada beberapa point penting yang perlu saya tegaskan "tentang" dan "di" IIDN , jika kalian yang membaca tertarik untuk bergabung dan untuk para silent readers lainnya, antara lain :
1. Ini memang benar-benar grupnya Ibu-ibu hebat, saya akui itu. (Salam hormat)
2. Berteman dengan orang-orang hebat akan berpengaruh positif untuk kita, saya sudah merasakannya.
3. Sistem belajar di sini adalah CBSA, jadi proaktiflah.
  •  Engkau inginkan sesuatu? usaha, cari, tanya, colek sana sini.
  •  Di sini hujan harus diusahakan untuk turun, bikin hujan buatan. Hujan takkan turun dengan sendirinya.
  •  Selalulah berbaik sangka; semakin banyak anggota, informasi akan semakin cepat melaju. Inginkan sesuatu, mention saja yang bersangkutan.
4 Sepertinya semua suku bangsa terkumpul di sini, dengan jumlah anggota di atas 6000 orang, maka berpandai-pandailah dan lapangkan dada; kita memiliki style yang berbeda.

Dan tak bisa saya pungkiri, diperjalanan saya yang belum seumur jagung ini banyak sudah pelajaran/hikmah yang  petik selama di IIDN diantaranya :
1. Belajar memaafkan, demi rasa aman dan nyaman bersama.
2. Belajar berlapang dada, karena terkadang ada hal-hal yang menyesakkan.
3. Belajar berbaik sangka, karena tidak semua kita memiliki pemahaman yang sama.
4. Belajar menulis terarah, ini point yang sesuatu banget untuk saya. Bahkan untuk menulis di blog saja saya merasa keteteran jika tidak pakai Mind Mapping.
5. Belajar proaktif, tipe belajar silent saya harus diubah perlahan.
6. Belajar jadi diri saya sendiri, ini tidak bercanda, terkadang  adrenalin saya terpicu melihat orang-orang yang berlarian kian kemari, saya jadi kepingin berlari, halah...halah saya lupa kalau baru bisa merambat.
7. Berpandangan positif terhadap orang-orang yang terkesan narsis dan selalu kepengen eksis, ini pelajaran yang saya ambil ketika mempelajari branding award. Walau saya tak jadi terlibat karena syaratnya berat, mesti follow twett-nya, dan saya tidak punya.
8. Belajar memenej waktu agar seimbang antara hobi lama dan hobi baru, karena saya ada hobi baru sekarang yaitu (belajar) menulis.
     Tapi juga ada negatifnya untuk saya, yaitu saya berada di posisi bimbang luar biasa. Dulu kalau ada pilihan antara mosting catatan di FB dengan menjahit atau merajut, saya tegas akan memilih menjahit atau merajut. Sekarang kalau ada pilihan antara ngutak-ngatik blog dengan menjahit, saya akan milih ngutak-ngatik blog. Itu semua karena dirimu, IIDN. Aku dilema dan nelangsa. Ini sungguhan dan serius, hiks.
Terus sekarang saya memiliki alasan untuk begadang, dan jadi kebiasaan tidur lewat tengah malam. Biasa ibuk-ibuk, malam adalah saat yang hening untuk belajar.
Alhamdulillah, lega deh rasanya bisa menumpahkan isi hati. Mudah-mudahan setelah ini tak ada lagi yang mengganjal. Hm...kalaupun ada, berkat IIDN saya tahu bagaimana cara yang sopan menumpahkannya; tuangkanlah dalam bentuk tulisan.

Perasaan yang berkembang alami itulah yang menuntun saya untuk membawa adik-adik di FSI kampus Universitas Bung Hatta Padang untuk merasakan lezatnya ilmu. Adik-adik yang belum pernah saya temui di dunia nyata. Saya anggap ini program pribadi Bakti Alumni. Ssstt...jangan salah sangka, tidak ada maksud riya, na'udzubillah.

Begitulah sekelumit interaksi saya dengan IIDN, mungkin sedikit berpanjang-panjang dan berlebar-lebar, terima kasih engkau telah sabar membacanya.
Akhirnya cerita sampai pada ujungnya.
t a m a t

.

WaLlahu'alam, semoga bermanfaat.



*terimakasihsudahmampir,silahkantinggalkanjejakjikaberkenan*

6 komentar:

  1. Wow, kecemplung membawa untung..Di mana-mana CBSA berlaku ya Mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya memang berlaku kayaknya, jika engkau lapar pergilah ke dapur, cari apa yang bisa dimakan; gak ada makanan, lihat apa yang bisa dimasak, kekurangan bahan tanya saja sama pemilik dapur hihihi,
      btw makasih dah mampir dan meninggalkan jejak ya.

      Hapus
  2. Artikelnya puanjang banget, wah.........Alhamdulillah ada nama saya ditulis diatas he........trims ya saya malah blm buat tugas ini jaringan saya ngadat seminggu kemarin jadi gak bisa buka2 inet, banyak ketinggalan nih selamat ya mbak.........

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh mbak tini, tadi saya bingung lho...kok berubah gitu hahaha,
      gak sengaja ngeliat postingannya Mbak Nunu, iseng saja ikutan sekalian mengasah kemampuan, mbak tini juga keren lho...itu soal blognya yang di wall *kederdehsayanya*

      Hapus
  3. Seru pengalamannya mba yuk ikutan kumpul iidn semarang...asik rumpi2 ttg nulis :-)



    BalasHapus