Laman

Rabu, 27 Maret 2013

Malu Dong, Masa Kalah Sama Si Mbak

"...Orang yang berutang bila berkata dusta, bila berjanji tidak menepatinya." (HR. Bukhari, dari Aisyah r.a.) 
     Apakah semua orang yang berutang seperti itu? Tentu saja tidak, tapi kebanyakan dari orang yang berutang apabila tidak bisa menepati janjinya dalam pelunasan, cenderung akan mencari seribu satu alasan. Agar yang punya piutang bisa memberi toleransi atau kalau bisa malah memutihkannya. Atau seseorang yang berutang dan tidak berniat membayar utangnya, cenderung juga untuk berbohong dengan alasan yang dibuat-buatnya.

     Siapa sih yang tidak pernah meminta bantuan orang lain? Sepertinya tidak ada, ya. Yang namanya hidup itu,  pasti ada saat lapang dan saat sempitnya. Pasti ada saat-saat kita membutuhkan orang lain. Di saat itulah kita biasanya meminta tolong, entah itu berupa bantuan moril atau materil.
Pertolongan itu bisa berupa cuma-cuma alias gratis, tetapi bisa pula berupa utang yang harus dibayar.

Senin, 25 Maret 2013

Mandi Bersama Anak, Mengenalkan Anatomi Tubuh

     Suatu ketika anak gadis saya bercerita. Dia dibawa oleh teman-teman perempuannya ke WC sekolah, jadi ceritanya ini rombongan ke WC. Anak saya kala itu terhitung anak baru, dia bilang ,"Uni dipaksa Mi."
Ceritanya sesampai di WC, mereka ber-5 masuk dan teman-temannya menunjukkan sesuatu yang membuat anak saya terkejut.
"Coba pegang, ini sakit lho," kata teman-temannya. Dan yang merasa sakit saling menunjukkan diri. Kemudian anak saya yang masih lugu disuruh menekan dada temannya untuk mengetahui ada tonjolan di sana. Kemudian lagi teman-temannya memaksa anak saya menerima perlakuan pemeriksaan anatomi juga di wilayah dadanya dan anak saya menolak, akibatnya ia dimusuhi.

Perempuan itu seperti telur, gampang pecah jika tak hati-hati menjaganya
     Syukurlah saya membiasakan anak-anak untuk bercerita. Tadinya memang dia diam saja, katanya takut nanti dimarahin. Tapi melihat gelagat anak saya yang sedikit berubah maka saya 'nekat' menanyainya. Ditambah lagi karena usianya yang sudah 8 tahun kala itu, saya rasa perlu untuk mengenalkannya dengan pelecehan seksual yang lebih detil.

Minggu, 24 Maret 2013

Ayam Pop Salero Padang

Ayam adalah lauk kesukaan anak-anak saya. Baik Untuk ke sekolah ataupun untuk di rumah. Sayapun merasakan kemudahan pengolahannya, apalagi untuk bekal ke sekolah karena agenda pagi padat merapat. Ini salah satu olahan ayam di dapur saya, selamat mencoba. 

Bahan: 
1 ekor ayam buras tanpa kepala dan cakar(*), potong 4 bagian 
4 siung bawang putih, parut(2*) 
1 sdt garam 
2 sdm air jeruk nipis 
300 ml air kelapa(3*) 
Minyak goreng secukupnya 

Rabu, 20 Maret 2013

Rasa itu Tumbuh Alami Bersama IIDN

    Saya tak menyangka kerikil-kerikil kecil di perjalanan justru membuat cinta saya tertambat, tumbuh dan berkembang alami pada IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis). Sekarang saya mulai enjoy di sini. Duluu...entahlah.
Kisah ini bermula pada suatu ketika di 9 Januari 2013 seorang teman yang sudah belasan tahun tidak ketemu -Yulva Armadani - mengajukan pertanyaan aneh di inbox Face Book-ku.
 "Assalamu'alaikum, En...mau dicemplungin ke grup-nya Ibuk-ibuk muslimah hebat gak?", kira-kira begitu saduran ke bahasa nasional kita. Pakai disadur ya? Hahaha...ya iya lah, soalnya saya dan Yulva Armadani ini sama-sama orang Minang yang ada di rantau, sehingga terkadang sahut-sahutan di FB-nya pakai bahasa Minang.
"Va suka baca tulisannya Eni", tambahnya. Yee...ketahuan nih, ini salah satu silent reader-ku.
Kala itu di FB saya sedang memposting berseri tentang penerimaan utuh terhadap pasangan. Memang saya selama ini menjadikan FB sebagai tempat mencurahkan isi kepala. Namun terkadang saya merasa bosan, tapi demi meluruskan niat ikut FB-an saya beberapa  kali mencoba mengalahkan rasa bosan. Gak enak banget rasanya duduk memelototi berbagai macam postingan yang seringkali ga-je ; gak jelas arahnya.

Minggu, 17 Maret 2013

Uang Saku : Ketika Anak Candu Jajan

     Orang tua mana sih yang mau anak-anaknya candu jajan, jajan mulu yang ada dalam pikirannya. Di awal-awal barangkali terlihat lucu dan menggemaskan ketika balita kita di usia 3 dan 4 tahun mulai belajar minta jajan. Tapi percaya deh begitu anak memasuki usia sekolah lama-lama orang tua akan merasa gerah karena polah suka jajan ini. Uang saku tak pernah cukup, selalu kurang. Apa saja jenis makanan di depan di depan mata pasti dibelinya. Segala macam warna makanan dicicip anak-anak kita. Atau kalau enggak segala macam mainan 'murah' di depan sekolahan dibawa pulang, mulai dari yang harganya  500 rupiah hingga yang 2 ribu rupiah berpindah tangan dari penjual  ke anak kita. Seberapapun uang di tangan anak tidak pernah cukup untuk 'memenuhi' kebiasaanya ini.
     Anak-anak itu seperti halnya kita juga. Ada diantara kita yang suka shopping gak ya, atau malah sudah pada tahap 'gila' shopping. Coba sesekali lihat belanjaan kita dari swalayan atau mall. Seberapa banyak penyimpangannya dari daftar belanja yang kita susun sebelum pergi? Seberapa banyak barang-barang yang tidak masuk ke daftar butuh dan mendesak? Bahkan dengan alasan sepele bahwa nanti 'ini'akan dibutuhkan maka barang-barang di rak swalayan berpindah ke troly belanjaan kita. Tahu sendirikan akibatnya, pengeluaran jadi membengkak.
Nah anak-anak juga seperti itu, kita akan menemukan mereka masih membelanjakan uang sakunya padahal kan barusan bekal makan siangnya habis, masih kenyang kok jajan. Barusan juga makan sorenya tandas, ini
sate lewat dipanggil juga, tak lama kemudian lewat siomay eeh...dipanggil lagi. Dibagian sebelumnya sudah

Kamis, 14 Maret 2013

Uang Saku : Seberapa Nilai yang Layak?

 
     Sebagai orang tua kita harus paham, bahwa masalah uang bukanlah masalah sepele. Uang memang bukan segala-galanya tapi kita juga tahu bahwa dengan uang kita bisa mendapatkan/melakukan banyak hal, meski bukanlah segala hal. Sehingga sangatlah penting bagi kita sebagai orang tua untuk peduli mengajarkan persepsi yang baik kepada anak tentang nilai uang serta bagaimana pengelolaannya
Sebagai langkah awal kita bisa memulainya dari pengelolaan uang saku.

#Uang Saku ; Perlukah Anak-anak Diberi Uang Saku? (ini sudah saya ceritakan dibagian sebelumnya)

Itu artinya pengaturan pola jajan anak juga jangan dipandang sepele, karena ini akan menyangkut banyak hal, seperti :

1. Pembiasaan yang baik (yaitu tentang pengendalian diri, dimana mereka anak-anak kita akan belajar mengekang keinginannya, yang akan dibawanya kelak hingga dewasa dan mungkin akan diadopsinya untuk cucu-cucu kita),
2. Masalah kedisiplinan (dimana mereka anak-anak kita akan belajar bahwa ada batas-batas yang tidak boleh dilanggarnya dan mereka 'harus' belajar mematuhi aturan main),
3. Meluruskan persepsi mereka tentang uang (jika mereka mudah mendapatkanya, berapa saja dan kapan saja, maka mereka tidak akan tenang jika tidak memperolehnya dan ini akan mendorong mereka untuk melakukan 'banyak hal', karena uang jajan sudah menjadi sesuatu hal yang wajib dan akan menimbulkan 'candu' jajan.)

#Uang Saku ; Berapa kali boleh Jajan, di rumah dan di sekolah.
Ingatlah apapun yang sering kita terapkan

Sabtu, 09 Maret 2013

Mendidik Anak yang Baik : Jangan Dibikin Rumit

Seorang teman bertanya, Bagaimana Cara Mendidik  Anak yang Baik?
***
    SubhanaLlah...bagaimana ya caranya? 
    Bukannya pelit ilmu kawan, tapi ilmu saya ini juga ilmu alam. Membaca yang tertulis di alam, mengamati yang terjadi di alam, menganalisis yang terjadi di alam, dst dst dst...
Saya ini kan anak alam, ya belajarnya dari alam juga. 

Baiklah, saya akan coba untuk berbagi, begini kawan: 
  1. Sebagai Muslim saya menjadikan Al Qur'an dan sunnah Rasul saw sebagai panduan
  2. Saya menjadikan RasuluLlah saw sebagai uswah dan qudwah dalam sekolah kehidupan, 
  3. Saya mempelajari dan meneladani orang-orang dekatnya RasuluLlah, shahabat, ahlul bait, tabi'in    hingga orang-orang sholeh yang hadir di akhir zaman
  4. Saya menganalisis bagaimana orang tua saya dulunya, saya bikin list tentang hal-hal yang saya sepakati dan hal-hal yang tidak saya sepakati. Saya ambil baiknya dan saya buang buruknya, 
  5. Saya menanamkan ke diri, bahwa anak-anak itu tidak pernah meminta untuk dilahirkan, jadi saya

Jumat, 01 Maret 2013

Uang Saku : Perlukah anak-anak diberi Uang Saku?

Perlu atau tidak ya anak-anak kita bekali uang saku?

Pertanyaan ini perlu kita tanyakan ke diri sendiri dan melihat kondisi anak sebelum kita memutuskan apakah akan membekali anak-anak uang jajan atau tidak. Kita perlu menganalisa kebutuhan anak akan uang jajan ini sebelum memutuskannya.
Kenapa? Karena dari beberapa kali pengamatan saya terhadap anak-anak lain dan anak saya sendiri, bahwa ternyata anak-anak itu tidak selalu butuh uang saku. Bagi anak saya sendiri seringkali malah uang jajan itu bersisa atau bahkan belum dijajanin sama sekali. Namun pernah juga mereka merasa kurang dengan uang saku yang saya beri. Begitupun saya juga pernah menemukan orang tua yang anaknya selalu merasa kurang dengan uang jajannya.
Yang kita sebagai orang tua harus pahami adalah, apapun yang kita berikan ke anak adalah dalam rangka pembelajaran  dan haruslah bersifat mendidik.

Kenapa kita perlu menanyakannya ke diri kita?

Jujurlah, kadang-kadang situasi kita di masa lalu berpengaruh terhadap pemberian uang jajan dan nominalnya. Contoh nih ya, saya pernah menahan uang jajan anak laki-laki saya karena sebuah pelanggaran yang dilakukannya. Maka sesuai kesepakatan itu berarti uang jajannya ditahan. Walaupun di depan saya - suami terlihat tega, tapi ternyata Beliau tidak tega. Itu akhirnya terungkap setelah kemudian saya mewarning anak. Katanya, "tadi Abi mau selipin uang lho Mi buat Hamzah. Gak tega Abi melihat dia tidak jajan. Jadi keingetan saat Abi kecil dulu, pergi ke sekolah tanpa jajan. Terpaksa menelan air ludah melihat teman-teman