Laman

Sabtu, 27 April 2013

Hadiah Pemuncaknya : Kisah Para Sahabat Nabi


Mendapatkan paket buku Kisah Para Sahabat Nabi ini, sesuatu banget buat saya. Bagaimana tidak, tujuan awal saya untuk ikut event Beautiful Story: Me, Books and My Kids ini adalah untuk menjaga hubungan baik saya dengan Ukhti Nova Yanti. Ukhti yang belakangan saya panggil Tek Nova Yanti ini adalah pemilik Amany Books di Payakumbuh Sumatera Barat, dengan lapak jualannya di www.amanybooks.com .

Kami belum pernah bertemu sekalipun, hanya berteman di DuMay; Dunia Maya, tepatnya di facebook. Saya mengonfirmasi pertemanan juga dengan pertimbangan mutual friends. Tapi setelah beberapa waktu melihat postingannya, saya merasakan chemistry; yes, she is my sister now.
Kemudian muncullah postingannya tentang event ini. Tadinya saya cuekin ya, bukan apa-apa, saya merasa ‘tidak bisa’ menulis. Saya memang suka memosting buah pikiran saya di facebook, tapi hanya sebatas itu. Namun ketika Tek Nova Yanti ini mengatakan “ayo, kirim ceritanya, kita nyari cerita kok, bukan nyari penulis handal” semangat saya menggebu. Saya punya cerita dan saya bukan penulis, sip dah. 


Mulailah saya merancang cerita apa yang akan saya kirimkan. Bukannya sok ya, kalau soal buku saya punya beberapa cerita, baik itu terkait suami atau bahkan terkait anak. Saya selalu merasa membeli buku itu tidak merugikan, namun suami saya bilang buat apa beli buku kalau tidak dibaca? Bahkan saya pernah diam-diam membeli 1 set buku untuk anak, saya cicil mengeluarkannya. Kami sering berbeda pendapat soal ini, hingga akhirnya suami saya mengalah. Sedangkan anak-anak saya senang sekali setiap kali saya hadiahi buku, atau saya ajak jajan ke toko buku.

Maka mulailah saya memancing-mancing memori, hingga saya menemukan sebuah cerita tentang gadis cilik saya yang pernah memaksa saya membacakan cerita di atas angkot. Jadilah cerita itu berjudul ‘Terima Kasih Mi, Amah Sayang Ummi’.


Cerita saya ketik dalam waktu 2 jam saja, memanfaatkan waktu tidur Fathimah di pagi hari. Kala itu saya masih dalam pelatihan Writerpreneur Buku Laris Rezeki Manis I di facebook Ibu-ibu DoyanNulis (IIDN). Cerita selesai langsung saya kirim. Syukurlah dalam pelatihan di IIDN saya sudah belajar mengirim email. Sstt...jangan ketawa ya, seumur-umur saya belum pernah mengirim email, kecuali ketika harus mengirim hasil belajar saya di pelatihan itu. Yang namanya ngirim email, ngupload foto, ngeblog sebelum-sebelumnya tak pernah saya jamah. Pesbukan ya pesbukan tok, cuman ngirim postingan, udah selesai. Makanya ketika saya berhasil mengirimkan cerita ini ke emailnya Amany Books, rasanya sesuatu banget buat saya. Saya sampai merequest Tek Nova Yanti, untuk mengabari saya apakah emailnya dah sampai atau belum. 

Begitulah, setelah kiriman cerita saya sampai, saya melupakannya. Niat awal saya kan menjaga hubungan silaturrahim kan? Ya sudah.
  
Makanya ketika hasil penjurian diumumkan, saya cuek-cuek saja. Tahu diri soalnya, kawan. Nggak ingin deh saya seperti punguk merindukan bulan. Saya menyukai menulis, iya. Saya sedang belajar menulis, iya. Saya sedang mendisiplinkan diri untuk selalu menulis, iya. Saya mempreneurkan tulisan saya, belum. Lalu keluarlah nama saya sebagai pemuncak, masyaaLlah, saya sampai gak bisa ngomong lho. Nggak percaya gitu, saya?
 
Saya baca berulang-ulang pengumumannya. Ada 41 peserta. Jurinya Kak Eka Wardhana, siapa ini? Kok saya seperti akrab dengan namanya ya. Pernah ketemu, jelas belum. Tapi saya yakin pernah membaca namanya, tapi dimanaa gitu.

Anak-anak saya, Uni Aisyah, Dek Fathimah dan Uda Hamzah, berpose sepulang sekolah (dok.pribadi)
Hadiah pemuncaknya 1 set Kisah Para Sahabat Nabi, seharga 3,5 jt. SubhanaLlah. Meski saya takjub dengan angkanya, tapi saya biasa-biasa saja dengan bukunya. Saya pikir, ah, samalah dengan buku-buku yang pernah saya beli. Seperti buku untuk saya ya, bukan buku untuk anak. Anak-anak saya senang mendengar hadiahnya, tiap hari menanyakan kenapa bukunya belum datang juga. Sedangkan saya tenang-tenang saja, takut kecewa soalnya.
Nah untuk point itu saya benar-benar minta maaf nih pada Rumah Pensil Publisher. Saya benar-benar meremehkannya. Buku-bukunya membuat saya takjub begitu paket dari Payakumbuh itu sampai di Krapyak Semarang, tempat tinggal saya. 

Saya punya kriteria tersendiri dalam memilih buku, terutama buku anak.Dan buku ini memenuhi segalanya, bukan hanya untuk saya tapi juga untuk anak.


Kriteria saya dalam memilih buku anak adalah:
1. Buku harus komunikatif.
Jelas buku gak bisa ngomong dong ya. Tapi memiliki 3 anak dan mengamati mereka saban hari saya tahu mana buku yang komunikatif atau yang tidak. 

Defenisi buku yang komunikatif itu adalah ketika anak bisa menikmatinya, mengerti dengan buku secara mandiri. Berbicara dengan buku, tertawa-tawa melihat gambarnya, penasaran dengan isinya (buat anak yang sudah bisa membaca), enjoy dengan buku itu. Itu sudah cukup defenisinya bagi saya. 

Ketika paket ini dibongkar, kami baru pulang dari sekolah (saya menjemput mereka), dan untuk itu saya harus berteriak-teriak agar mereka mandi dan meninggalkan bukunya sejenak. Masalahnya ke tiga anak saya (yang kecil Fathimah 3,11 tahun belum sekolah) bersitungkin dengan buku. 

Tahu bersitungkin tidak? Itu bahasa suku saya, Minang Kabau, yang kira-kira artinya sibuk dengan sesuatu, fokus ke sesuatu, berjibaku ke sesuatu, yang penting full attention deh ke sebuah masalah, dalam hal ini buku. Sampai saya mengancam akan mengembalikan buku itu ke pengirimnya jika mereka tidak segera mandi. Saya tahu bukan karena buku ini buku baru, tapi saya percaya itu karena buku-buku ini komunikatif dengan mereka. Bahkan hingga malamnya mereka masih ‘bermain’ buku ini, bahkan hingga cerita ini saya pos-kan.


2. Buku harus mengajarkan nilai-nilai kebaikan pada anak.
Ini point yang tidak bisa diganggu gugat. Dan buku-buku ini memenuhinya. Dengan gaya yang tidak menggurui, anak-anak saya jadi tahu apa ini apa itu, siapa ini siapa itu.

Saya berpendapat bahwa membangun karakter anak sebagai seorang muslim itu haruslah sedari dini, dan buku-buku Kisah Para Sahabat Nabi ini memberikan lebih. Anak-anak kita telah kehilangan figur yang sholeh. Kisah-kisah keislaman yang mereka kenal hanya Ali Baba, Aladdin , Abu Nawas, Laila Majnun, dsb, dst,dsl. 

Bahkan, sekalipun di sekolah mereka mendapatkan cerita para sahabat, tapi sekedar begitu saja. Cukup bisa dipahami, karena sekolah punya target nilai angka yang harus dicapai. Nah, kitalah sebagai orang tua yang harus memberi mereka lebih, salah satunya dengan memberi anak-anak kita buku-buku bergizi tinggi.


3. Buku anak tidak boleh mengajarkan mereka akan ketertarikan kepada lawan jenis secara vulgar.
Seperti kita ketahui, gambar-gambar yang merangsang, dan cerita-cerita yang selalu berakhir happy ending forever, jelas akan merangsang anak untuk berfikir ini dan itu secara nilai duniawi. Jauh dari nilai akhirat. Karena konsep bahagia yang diajarkan di cerita semacam itu, hanya bahagia di dunia, nilai akhiratnya terlupakan. Padahal perlu untuk mengenalkan point konsep yang penting untuk anak, bahwa dunia ini fana dan akhirat itu kekal adanya. Membangun karakter muslim sejati seorang anak itu adalah tangggung jawab orang tua, begitu prinsip saya, dan harus sedari dini. 

Sebagai contoh ya, ingat dengan cerita jatuh cinta yang gila-gilaan dan fenomenal? Itu adalah kisah cinta Abudullah bin Abu Bakar terhadap Atikah binti Zaid bin Amir si wanita yang cantik jelita. Dan buku ini menyampaikan dan membahasnya dengan cara yang sopan. Sehingga saya yang sedikit saklek dalam pengenalan terhadap kasus jatuh cinta ini, merasa sangat terbantu, saya tidak perlu merasa cemas.


4. Buku anak harus memiliki tampilan yang menarik.
Buku anak itu harus full colour menurut saya, agar mereka tidak bosan. Karena kita yang sudah dewasa saja akan merasakan lelah ketika harus membaca buku yang seperti diktat, apatah lagi anak-anak. 

Jadi agar mereka mencinta buku dan suka membacanya, kita harus menyediakan buku yang tidak (akan) membuat mereka bosan dan jenuh. Dan buku-buku ini memenuhinya, bahkan bukan hanya full colour, tetapi buku ini berkertas lux tebal, dengan sampul yang lebih tebal lagi, sangat tebal malah. Dilengkapi pula dengan cerita seri kartun di setiap sub judulnya. Sehingga saya tidak perlu khawatir dengan kebosanan mereka. Dan saya tidak merasa khawatir ketika anak-anak saya terutama Fathimah, membopong-bopong buku kemana saja yang ia sukai, untuk mencari tempat membaca.

5. Buku anak harus merangsang imajinasi dan kreatifitas anak.

Ini indikator selanjutnya menurut saya, tentang buku anak. Buku harus merangsang mereka berpikir kreatif, memancing rasa ingin tahu, memuaskan dahaga kanak-kanak mereka akan kebutuhan bersenang-senang. 

Saya surprise ketika Hamzah anak ke-2 saya bisa menemukan puzzle ketika dia membalik buku-buku ini, dan menemukan sesuatu ketika 9 dari 15 buku ini disusunnya sedemikian rupa. Aisyah dan Fathimah menjerit-jerit kesenangan sembari menyusuri peta yang ditemukan Hamzah. Padahal buku-buku Kisah Para Sahabat Nabi ini belumlah sampai satu jam dibongkar dari paketnya.

Kurang lebih 3 jam kemudian, ketika saya menyusun buku-buku  yang bertebaran di lantai ini, Hamzah kembali menemukan sesuatu. Dia melihat ada siluet gambar di bagian samping buku, tepatnya di bagian tempat menjilidnya. "Ummi, ada puzzle lagi," jeritnya kegirangan. Semenjak saat itu, setiap mereka selesai 'bermain' dengan buku, Hamzah adalah orang yang paling sibuk menyusun buku ini dengan benar di raknya, agar puzzle di bagian jilidnya bisa terlihat dengan benar.

***
Pada akhirnya saya mengatakan bahwa buku-buku Kisah Para Sahabat Nabi yang ditulis naskahnya oleh Eka Wardhana , penerbit Rumah Pensil Publisher, yang terdiri dari 14 buku tebal, besar dan lux ditambah 1 buku tipis, besar dan juga kertas lux, benar-benar memenuhi kerinduan saya akan sebuah buku yang bergizi tinggi, bukan hanya untuk anak-anak saya, tapi juga untuk kami (saya dan suami). Benar-benar buku yang penuh muatan nilai.
 
Dalam kesempatan ini, perkenankan saya minta maaf pada Rumah Pensil Publisher, yang telah saya anggap remeh bukunya. Dan terima kasih untuk Tek Nova Yanti yang tidak bosan-bosannya merequest saya untuk mengirimkan cerita, sehingga saya tidak enak hati jika tidak berpartisipasi. Dan di atas itu  semua, alhamdulillah, puji syukur ke hadirat ALlah, bagi saya hadiah ini bukanlah karena saya beruntung, tetapi ini adalah bagian dari rezeki yang tidak di sangka-sangka.
Sebagai tebusan itu semua, saya ingin membuat cerita buku (resensi) tentang buku ini di blog saya. InsyaaLlah, mudah-mudahan ALlah memudahkan saya.
---oOo---

4 komentar:

  1. Subhanallah ... buku yang keren ya mbak.
    Memilih buku untuk anak memang harus ada kriteria tertentu ya, seperti kata mbak.

    Btw, ttg foto awan, setelah saya publish tulisan di blog dan adik saya baca, ia langsung SMS saya, katanya foto awan itu sudah ada sebelum Uje meninggal. Ck ck ada2 saja ...

    Terimakasih ya sudah ke blog saya :)

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum

    makasih mba buat reviewnya, saya juga sdg mencari2 buku yang kurang lebih hampir sama dengan kriteria yg mba uraikan.
    anak saya Nadia (3,5 thn) termasuk yang sangat tidak suka buku yang melulu tulisan saja. dia masih lebih tertarik dgn buku yang banyak gambar, interaktif, dan sebagian besar blm saya temukan

    mbak utk kisah 25 nabi dan rasul, adakah rekomendasi buku dan penerbitnya yang sesuai kriteria diatas?

    makasih


    Yenni

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumussalam, pertama kali saya ucapkan terima kasih karena sudah mampir, kemudian terima kasih juga karena sudah meninggalkan jejak.
      dan maaf terlambat merespon, ya Bu Yenni, kemaren itu dari akhir Maret hingga tgl 6 April ini saya sempat pulang mudik ke Padang, maaf ya..

      Soal buku, saya akan terus terang saja, sesuai dengan pemahaman saya. Ada buku yang memenuhi kriteria saya itu dan sayapun telah melihat fisiknya (maksudnya saya punya), ini untuk si Nadia 3,5 tahun ya, yaitu:
      1. Seri Aku Cinta Islam, Rumah Pensil Publisher, tulisan Eka Wardhana.
      2. Ensiklopedia Bocah Muslim, Mizan

      tapi saya punya koleksi yang lain, seperti ensiklopedi junior, BIP, buku ini sebenarnya untuk anak2 yang sudah bisa membaca karena muatannya saintis, hanya saja disajikan secara menarik, dan buku ini juga dinikmati oleh anak saya yang paling kecil kala itu usianya 2 tahunan.

      selanjutnya dulu saya punya koleksi winnie the pooh lengkap, cuma saya lihat buku itu tak ada lagi di gramed. mungkin ada tapi sudah dalam kemasan yang lain.

      terus Dora the explorer...
      untuk 2 jenis buku terakhir ini pandai2 kita meramunya, karena penulisnya entah siapa, sedangkan sebagai muslim ada pakem2 yang tak bisa dihindari, jadi pandai2 orang tua

      masih ada beberapa buku lagi, full colour dan komunikatif

      ok, bu, selamat berburu buku, ya

      Hapus