Saya
dulu pernah merasa hampa dengan pernikahan ini. Sehingga saya sering tersenyum
geli ketika mendengar betapa orang-orang berharap untuk segera menikah. Lucu
sekali, betapa mereka berharap terikat, semantara saya sendiri berharap bisa
terbang bebas, begitu dulu pola pikir saya.
Saya
menikah karena orang tua ingin saya segera menikah. Kalau boleh jujur, saya
belum ingin menikah kala itu. Saya terpesona ketika Bapak sumringah kala lelaki
sholeh itu datang. Betapa beliau tidak akan berbahagia, saya belum pernah
sekalipun berpacaran. Meski berkali-kali saya menjelaskan, bahwa saya tidak
akan pernah berpacaran, tapi beliau berdua tak mengerti juga.
Menurut orang tua,
saya ini ‘mengerikan’ di mata lelaki, buktinya sampai saya 24 tahun,