Laman

Senin, 08 Juni 2015

Air dan Minyak

Kemaren di car free day. Ada sekelompok bikers. Keren banget. Pakai helm dan pengaman di lutut, bersepatu, tapi sayang asap rokok mengepul dengan aktif dari mulut mereka. Tak ubahnya sepur uap, berhembus tak henti-henti.
Coba pikirkan. Bukankah bersepeda itu untuk sehat? Terlebih lagi mereka memikirkan faktor keamanan. :(

Sahabat...
Sebenarnya dalam hidup kita juga sering seperti itu.
Kita ingin sehat tapi kita melakukan hal-hal yang senyata-nyata akan merusak kesehatan.
Kita inginkan kebaikan untuk diri tapi kita sengaja memposisikan diri kita di posisi yang berbahaya.
Kita dengan sadar mencampuradukkan, bahkan dengan sengaja mengkombainnya. Kita desain sedemikian rupa sehingga semua terlihat tawazun; seimbang.


Manalah bisa kebaikan berbaur dengan kejahatan. Manalah bisa kebenaran berbaur dengan kebatilan. Itu semua seperti hal-nya minyak dan air, tak kan pernah bisa bercampur. Bisa bersisihan tapi takkan pernah bisa menyatu. Secantik apapun kita meramu, minyak akan senyata-nyata terlihat menggenang di atas air. Terpisah selamanya. Itulah haq dan bathil. Itulah sunnatuLlah.

Saya tidak mengatakan para bikers itu lebih baik memilih total bersepeda sehat atau pilih total merokok dengan segera.
Sahabat, hidup ini berproses. Kita tumbuh bersama problema. Bersamanya kita menjadi dewasa dan matang.
Maka jalanilah proses itu dengan baik, pikirkan dan pahami.
Jika kita berhenti berproses maka kita tidak akan pernah tumbuh.
Jika kita berhenti berfikir maka kita tidak akan pernah paham.
Jika kita tidak memahami bagaimana mungkin kita akan bisa mengambil sikap?
Jika begitu maka akan selamanya kita bersikap plin plan dan ambigu.

Sahabat, jangan pernah menipu diri kita. Air dan minyak takkan pernah bisa menyatu.
Ini bukan tentang teknik membuat tumisan sayur, ya. Ini senyata-nyata tentang hidup kita yang sesungguhnya.

Jika kita mencampuradukkan haq dan bathil, itu tak ubahkanya kita seperti orang yang menggali lubang kemudian menutupnya lagi, menggali lagi dan menutup lagi, begitu seterusnya hingga akhir. Akhir inilah kita yang sesungguhnya kelak. Kita takkan pernah tahu akhirnya kita di mana, apakah pada posisi menggali lubang ataukah pada kondisi menutupnya? 
Akankah setiap lubang yang kita gali akan bisa kita tutup lagi?
Percayalah, menggali lubang itu jauh lebih mudah dari pada menutupnya. Seringkali kita bersemangat menggali tapi kita takkan se-bersemangat itu ketika menutupinya. Memberantakkan sesuatu jauh lebih mudah dari pada merapikannya. Itulah sunnatuLlah.

Jika menggali lubang adalah adalah bagian dari kemaksiatan/ bathil dan menutupnya adalah bentuk dari kesadaran/ keinsyafan maka kita akan selalu pada posisi berbuat dosa/ maksiat/ melakukan hal bathil tapi kemudian kita bertaubat. Begitu selalu silih berganti. Dengan sadar kita melakukan keduanya. 
Lalu pada kondisi bagaimanakah kelak kita akan berakhir? Akankah pada kondisi baik atau buruk?

Ketahuilah sahabat, ALlah memerintahkan kita untuk masuk secara kaffah ke dalam Islam. Itu artinya kita harus meng-Islamkan diri kita secara menyeluruh. Setiap aspek dalam hidup kita haruslah sesuai dengan ajaran Islam. Tentu itu tidak bisa secara serta merta. Berproseslah, berfikirlah dan pahamilah.
ALlah berikan kepada kita rambu-rambu; HAQ dan BATHIL tidak akan pernah bisa menyatu. Seperti halnya minyak dan air, meski berada di tempat yang sama tapi ia tetap akan terpisah nyata; selamanya.

  ولا تلبسوا الحق بالباطل وتكتموا الحق وأنتم تعلمون

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
(QS. Al-Baqarah 2: 42)

 ذلك بأن الذين كفروا اتبعوا الباطل وأن الذين آمنوا اتبعوا الحق من ربهم كذلك يضرب الله للناس أمثالهم

Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak dari Tuhan mereka. 
Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.
(QS. Muhammad 42: 3)

يا أهل الكتاب لم تلبسون الحق بالباطل وتكتمون الحق وأنتم تعلمون

 Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?
 (QS. Ali-'Imran 3: 71)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar