Laman

Rabu, 08 April 2015

Arisan Buku

Arisan. Saya yakin sekali ini adalah kata yang tidak asing bagi kaum ibu. Bahkan bapak-bapakpun tahu karena mungkin akan ada permintaan dana tambahan dari istrinya untuk mbayar arisan. Ataukah mungkin para bapak-bapak ikut arisan juga?
Kalau suami saya sih sudah biasa dengar kata arisan. Wong di kantornya arisan DW saya suami yang tukang bayarin.

Bapak/ ibuk sudah pernah arisan apa saja?
Arisan duit, arisan emas, arisan panci, arisan meubel, atau arisan buku atau apa? Saya sendiri pernah mengikuti 3 arisan. Arisan duit pernah, arisan emas juga pernah (walau nggak jadi emas hehehe...) dan arisan buku. Dan saya memang tidak tertarik dengan arisan panci dan sejenisnya. Sorry banget kalau ada yang ikut arisan ini karena saya tidak bisa mengulasnya.


Arisan bagi saya adalah salah satu cara untuk mengelola uang rumah tangga. Saya jujur saja, jika saya tidak ikut arisan maka biasanya uang rumah tangga tetap akan habis juga dengan alasan ini dan itu. Namun jika saya ikut arisan kebutuhan rumah tangga tetap terpenuhi saya juga bisa menabung tanpa saya sadari.
Menyisihkan uang itu tidak mudah. Ketika kita butuh, kita agak gampang menarik lembaran itu jika tersimpan di rumah. Beda kalau disimpan di bank. Namun mengantarkan receh-receh ke bank itu rasanya gimana juga. Nyetor setengah juta, sejuta, dua juta dst sih enak, ya. Tapi kalau nyetor di bawah itu, aduh... Nunggu bulan depan deh biar sekalian banyak. Eh belum sampai bulan depan uang yang disisihkan sudah terpakai dengan alasan pinjem dulu. Betul tidak? 
Itulah kenapa saya lebih suka arisan.

Arisan duit dah pada kenal kan? Kita menyetorkan sejumlah uang pada ketua arisan lalu kita akan menerima sejumlah uang pula pada waktu tertentu tergantung nomor arisan yang kita dapat.
Arisan emas juga sudah? Arisan emas ini memang agak rumit karena harga emas naik turun. Namun yang pernah saya ikuti, arisan emas ini kami sepakati dulu harga emas di setiap bulannya. Lalu akan dibagi sesuai jumlah peserta. Yang pernah saya alami iuran perbulannya tak beda-beda jauh karena intinya emas dibeli secara goto royong. 
Bagaimana dengan arisan buku?

Dulu sekitar 7 tahun yang lalu saya pernah mengajak teman-teman satu ta'lim dengan saya untuk arisan buku. Tapi mereka kurang tertarik. Baik karena tidak sepakat soal teknisnya, dan juga karena mereka lebih menyukai menerima duit ternyata. Arisan berjalan sampai selesai, tapi tidak ada buku yang sampai di tangan walau judulnya arisan buku.

Arisan buku itu berarti bahwa setiap hasil menarik nomer arisan yang kita dapatkan adalah BUKU. Biasanya buku-buku yang diarisankan adalah buku-buku yang harganya agak mahal. Meski mahal itu relatif ya, namun kita ini pasti akan selalu berfikir berulang kali jika harus mengeluarkan ratusan ribu bahkan jutaan jika itu hanya untuk membeli buku. Lain soal jika yang akan dibeli itu baju, sepatu, tas, alat masak, alat rumah tangga dsb, untuk ini orang-orang lebih memilih kreditan ketimbang arisan. Tahu kenapa? Karena kreditan bisa dilakukan diam-diam sementara kalau arisan bisa ketahuan sama orang sekampung.

Namun arisan buku ternyata masih kurang terdengar gaungnya, padahal arisan ini cukup membantu lho untuk mendapatkan buku-buku yang bergizi.
Saya bahkan telah membeli beberapa set buku dengan cara arisan. Memang sih harus sabar selama 10 bulan. Sabar mbayarnya, sabar nunggu nomer urutnya. Namun begitu buku sampai ke tangan kita hasilnya memuaskan.
Buat orang seperti saya, membeli buku seharga 2,8jt  atau 3,5 jt secara cash jelas sekali itu terasa berat. Sementara saya sangat suka buku. Jadi gimana dong?
Arisan bukulah jawabannya.

Sebenarnya antara arisan buku dan mencicil buku itu bedanya tipis ya. Jika buku diarisankan lewat Book Advisor (BA) maka kita dapat membeli buku dengan harga cash disc. Kan lumayan tuh dari pada beli nyicil. Cuma ya harus sabar. Masalahnya hanya terletak pada bahwa tidak semua book advisor mau menyicilkan bukunya.
Mizan dalam hal ini dengan semua book advisor yang dipunyainya memang patut diacungin jempol dalam memudahkan konsumen untuk mendapatkan buku. Saya bahkan memiliki 2 set buku mizan sebagai hasil dari arisan. Meski mizan juga memberikan fasilitas cicilan, entah kenapa saya lebih memilih lewat arisan. Jatuhnya lebih murah karena ia terhitung cashdisc.

Apakah semua arisan buku harus lewat BA?
Jawabannya tidak. Tergantung kepada kesepakatan kita sebagai peserta. 
Jika kita mengarisankan satu set buku dan itu artinya semua peserta mendapatkan buku yang sama maka hal teknis bisa disepakati. Semisal, jika satu set itu ada 10 buku, dan ada 10 peserta, maka setiap bulannya setiap peserta bisa mendapatkan 1 buku. Buku itu bisa diurutkan bisa juga dicabut lot atau bisa juga dengan kebijaksanaan. Atau satu bulan itu ada 2 peserta yang mendapatkan buku, dalam 1 set masing-masing mendapat 5 buku.
Intinya itu semua tergantung pada kesepakatan.

Jika kita mengarisankan buku yang berbeda, dengan harga yang berbeda pula, maka ini jenis arisan buku yang dimix. Bayaran masing2 tergantung pada harga buku yang diinginkan lalu dibagi sesuai jumlah bulan kesepakatan. Kurang lebih setiap bulannya biasanya dikelola oleh ketua arisan.

Sederhana saja, jangan dibikin rumit. Jika dibikin rumit nanti uang arisan malah jadi asap dapur alih-alih jadi buku. Pesertanyapun tidak harus 10 orang, bisa lebih atau bisa kurang, tergantung kepada kemampuan kantong dan harga buku yang diincar.

Yang penting jika kita arisan buku maka pastikan dulu buku apa yang kita inginkan. Pastikan ketuanya orang yang amanah. Pastikan pesertanya adalah orang-orang yang amanah juga, karena tak sedikit kasus orang-orang yang mau dapat di awal tapi ogah membayar. Dan pastikan bukunya benar-benar bergizi agar arisan tak sia-sia.

Mau buku mahal dan bergizi namun enggan membayar cash, ayo, arisan buku, yuk!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar